Rabu 12 Oct 2016 19:58 WIB

Santri NU Siap Terdepan Perangi Propaganda Radikalisme

Nahdlatul Ulama.
Nahdlatul Ulama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Para santri Nahdlatul Ulama (NU) siap berada di garda terdepan dalam memerangi propaganda radikalisme dan terorisme di dunia maya. Bahkan, santri NU secara mandiri telah menjadi relawan dan melakukan upaya kontranarasi menghadapi kelompok radikal.

"Sejak 2006, generasi muda NU sudah menyadari dan merasakan penetrasi gerakan ekstrem ini di media internet," kata Katib Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf, di Jakarta, Rabu (12/10).

"Malah sampai hari ini, kami di PBNU tiap bulan mengumpulkan donasi untuk memberikan pulsa (paket data) kepada santri relawan tersebut," sambungnya.

Yahya mengatakan, pergerakan kelompok radikal terorisme, terutama ISIS, sudah sangat masif, khususnya di dunia maya. Bahkan dari riset PBNU, mereka sangat pintar memanfaatkan media sosial dan internet dalam melakukan propagandanya.

Dikatakannya, PBNU bekerja sama dengan Universitas Vienna, Austria mendirikan program Vortex (Vienna Observatory For Applied Research Extremism and Terrorism). Di antara program utama yang dibangun adalah riset terhadap gerakan ekstrem di internet.

"Dari penelitian itu, secara global ditemukan bahwa ISIS mempunyai program di internet yang luar biasa," kata mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid itu.

Ketua bidang Kajian dan Hubungan Strategis PBNU Amrin menjelaskan, pihaknya terus melakukan sosialisasi pentingnya berdakwah melalui sosial media. Baru-baru ini, PBNU bersama Kementerian Agama mengumpulkan kiai muda NU di Surabaya, Makassar, Medan, dan Tangerang terkait masalah itu.

"Selain sosialisasi berdakwah via sosial media, kami juga memberikan pemahaman bagaimana media bisa mempengaruhi masyarakat dengan memberikan pelatihan agar kiai muda itu bisa kreatif di dunia siber," kata Amrin.

PBNU juga melakukan pelatihan membuat aplikasi, web, video, dan lain-lain di Yogyakarta bagi generasi muda NU, utamanya santri. "Kami juga membuat video ceramah ulama dan di-upload di youtube. Itu kami lakukan untuk meluruskan kelicikan kelompok radikal yang sering memotong dakwah ulama untuk melancarkan niat mereka," kata Amrin.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement