Selasa 11 Oct 2016 05:32 WIB

Warga Thailand Puluhan Tahun Pelajari Batik

Rep: Christyaningsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Two artisans make hand made batik pattern in Malang, East Java. More businesses in Indonesia are interested on small business loan scheme or KUR. (illustration)
Foto: Antara/Andika Wahyu
Two artisans make hand made batik pattern in Malang, East Java. More businesses in Indonesia are interested on small business loan scheme or KUR. (illustration)

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Batik sebagai warisan budaya Indonesia telah memesona berbagai lapisan masyarakat. Keindahan batik juga berhasil memukau warga Thailand untuk mempelajarinya lebih dalam. Nantha Rojana, dosen di Yala Rajabhat University Thailand, telah mendedikasikan puluhan tahun hidupnya untuk mempelajari batik.

Nantha tak hanya berhenti pada mempelajari batik. Ia menunjukkan totalitas dengan mendesain batik dan memproduksinya dalam lembaran-lembaran kain sutra. Karya-karya Nantha itu termasuk salah satu yang tengah dipamerkan di Arteastism #2 di Universitas Negeri Malang (UM), Senin (10/10).

Awal perkenalan Nantha dengan batik terjadi puluhan tahun silam, bahkan ia pun tak mampu lagi mengingat waktu pastinya. Kala itu ia sedang berbelanja dan matanya tertuju pada selembar kain penuh corak. "Ternyata itu namanya batik, indah sekali," ungkapnya saat ditemui di sela pameran.

Kecintaannya pada batik makin terpupuk tatkala ia menjumpai kain serupa di Malaysia. Sebagai seorang pengajar di bidang seni, wanita yang kini sudah berusia lanjut itu menjelajah berbagai tempat untuk melacak di mana batik lahir.

Perjalanan pun membawa Nantha hingga ke Pulau Jawa dan membuatnya mengenal batik lebih jauh. "Saya sudah melihat batik di Pekalongan, Yogya, Solo, dan Cirebon," imbuhnya.

Segudang pengalaman Nantha dengan batik selama 47 tahun membuat intitusi tempatnya mengajar jadi rujukan di Thailand bagi mereka yang ingin belajar membatik. Menurutnya ada banyak produsen di Thailand seperti Phuket dan Chiang Mai belajar batik di Yala University.

Dalam pameran di UM kali ini, ia mengambil corak alam seperti dedaunan, jamur, dan kupu-kupu. Corak batik itu terinspirasi dari flora dan fauna di hutan hujan tropis Lumpaya, sebuah subdistrik di Yala, Thailand. Hutan itu, kata Nantha, penuh keanekaragaman hayati dan dihiasi air terjun. "Ketika hujan reda kita bisa menyaksikan kupu-kupu beterbangan di antara bunga dan jamur yang tumbuh di situ," ujarnya mendeskripsikan.

Batik ala Thailand karya Nantha cukup menarik perhatian lantaran didominasi warna menyolok seperti merah dan hijau muda. Banyak pengunjung pameran yang bergantian mengambil foto dengan latar belakang batik bikinan Nantha.

Ketua pelaksana gelaran Arteastism #2, Ponimin mengungkapkan pameran ini menjadi ruang bagi para seniman Indonesia dan Thailand untuk unjuk gigi. Mengambil tema budaya timur, acara yang berlangsung hingga Kamis (13/10) itu sengaja menonjolkan seni dengan ciri khas budaya timur yang kuat.

Sebanyak 38 seniman berpartisipasi dalam acara ini. Sembilan di antaranya berasal dari Negeri Gajah Putih. Pameran menampilkan aneka seni lukis dan instalasi yang banyak mengangkat kritik sosial. "Kami berharap karya para seniman tak lepas dari budaya ketimuran dari mana ia berasal," papar Ponimin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement