REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Delapan kecamatan di Kabupaten Sidoarjo terendam banjir, Senin (10/10). Banjir ini akibat hujan deras dengan intensitas cukup tinggi sejak Sabtu (8/10).
Manajer Pusdalops PB BPBD Provinsi Jawa Timur, Abdul Hamid mengatakan, banjir yang menggenangi Kabupaten Sidoarjo ketinggiannya di kisaran 15-60 sentimeter. Genangan air paling parah terjadi di Jalan Raya Trosobo dengan ketinggian sekitar 60 sentimeter. “Sampai sekarang masih belum surut,” kata Abdul Hamid.
Ia menyebutkan, delapan wilayah yang terendam banjir adalah Desa Sadang Kecamatan Taman dengan ketinggian 15-30 sentimeter, Desa Keboan Sikep dan Desa Tebel Kecamatan Gedangan sekitar 15-30 sentimeter, Desa Semampir Kecamatan Sedati ketinggian air 15-30 sentimeter, Desa Banjar Kemantren, Desa Sono dan Desa Buduran Kecamatan Buduran dengan ketinggian 15-30 sentimeter.
Kemudian Desa Kemangseng Kecamatan Balongbendo ketinggian air 15-30 sentimeter, Desa Barengkrajan Kecamatan Krian dengan ketinggian 15-30 sentimeter, Desa Sedati Gedhe dan Desa Sedati Agung Kecamatan Sedati dengan ketinggian 15-30 sentimeter, Desa Pucang Anom, Desa Gajah, Desa Bluru Kecamatan Sidoarjo dengan ketinggian 15-30 sentimeter.
Menurutnya, saat ini BPBD telah membantu warga di sekitar lokasi untuk membuat dapur umum. Meskipun air belum masuk ke rumah warga, namun menghambat aktivitas warga di luar rumah. BPBD Jatim juga telah menyiapkan logistik untuk didistribusikan ke kabupaten yang wilayahnya terendam banjir. “Itu kan banjirnya tidak seberapa tinggi. Masyarakat masih berada di rumah,” ujarnya.
Seorang warga, Rorry Nurmawati (26 tahun) mengaku tidak menduga banjir akan menggenangi desanya tahun ini. Sebab, akhir tahun lalu Pemkab Sidoarjo telah membangun talut di sungai Kali Buntung yang terletak di belakang desanya. Warga di desanya masih bertahan di rumah dan menilai belum perlu mengungsi.
“Sungai di belakang rumah sudah meluber, airnya hampir masuk ke rumah warga,” ucap warga Kelurahan Kletek Kecamatan Taman tersebut.
Menurutnya, setiap tahun desanya selalu dikepung genangan air saat musim hujan. Sebab, sungai tersebut selama bertahun-tahun tidak dilakukan normalisasi. Baru sekitar dua-tiga pekan lalu pemkab melakukan normalisasi Kali Buntung. “Warga sudah senang waktu talutnya dibangun, dipikir tidak bisa banjir, tapi ternyata tetap banjir,” ujarnya.