Ahad 09 Oct 2016 21:56 WIB

Aktivitas Gunung Bromo Belum Stabil

Red: Nur Aini
Debu vulkanik menyembur dari kawah Gunung Bromo di Desa Cemorolawang, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (7/10).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Debu vulkanik menyembur dari kawah Gunung Bromo di Desa Cemorolawang, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat (7/10).

REPUBLIKA.CO.ID,PROBOLINGGO -- Kasubid Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan aktivitas Gunung Bromo yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut tersebut masih belum stabil.

"Secara umum aktivitas Gunung Bromo belum stabil dan statusnya masih tetap siaga dengan radius aman diluar 2,5 kilometer dari kawah aktif," katanya saat dihubungi dari Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Ahad (9/10).

Menurutnya, kegempaan Gunung Bromo dicirikan oleh gempa tremor yang energi tremornya sejak 26 Sep 2016 atau sejak statusnya menjadi siaga cenderung naik perlahan, namun berfluktuasi hingga saat ini. "Deformasi atau kembang kempisnya tubuh Gunung Bromo masih berfluktuasi juga," tuturnya.

Aktivitas Gunung Bromo pada 9 September 2016 pukul 12.00-18.00 WIB tercatat secara visual terlihat cuaca mendung, angin tenang, suhu udara 14-16 derajat celcius, Gunung Bromo kabut, kemudian terpantau juga turun gerimis - hujan (10,5 milimeter). "Secara visual, asap kawah Gunung Bromo juga tidak dapat teramati karena tertutup kabut dan secara seismik tercatat tremor Gunung Bromo terus menerus dengan amplitudo maksimum 0,5-10 milimeter, namun dominan ampitudonya 1 milimeter," katanya.

Sedangkan pada 9 September 2016 pukul 00.00-06.00 WIB tercatat secara visual cuaca mendung, angin tenang hingga sedang, suhu udara 12-14 derajat celcius, Gunung Bromo jelas-kabut, kemudian asap kawah teramati putih sedang-tebal, tekanan lemah-sedang, tinggi asap berkisar 50-300 meter dari puncak kawah kearah barat. "Dari pos pengamatan gunung api (PPGA) Bromo di Desa Ngadisari juga terdengar suara gemuruh lemah, sesekali teramati sinar api samar-samar dari kawah. Secara seismik terekam gempa tremor dengan amplitudo maksimum 0,5 - 7 milimeter dan dominan 1 milimeter," ujarnya.

Sementara itu, sebagian alat pemantau aktivitas Gunung Bromo milik PVMBG yang dipasang di Lautan Pasir, Dusun Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo hilang pada 18 September 2016. Badan Nasional Penanggulangan Bencana mencatat beberapa alat yang hilang adalah logger tiltmeter ts4200, POE, switch hub 8 port, regular solar panel, moxa serial to utp converter, looger gas sensor CO2, antena broadband, dan DC to DC converter. Padahal peralatan tersebut berada dalam satu boks beton ukuran 1,5 x 2 meter dalam keadaan terkunci dan dilindungi pagar. PVMBG menaikkan status Gunung Bromo yang berada di perbatasan Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan Lumajang dari waspada (Level II) menjadi siaga (Level III) terhitung sejak tanggal 26 September 2016 pukul 06.00 WIB.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement