Kamis 06 Oct 2016 18:28 WIB

Curah Hujan Naik, Potensi Kebencanaan Sleman Meningkat

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Fernan Rahadi
Hujan
Foto: freespeakplanet.wordpress.com
Hujan

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Curah hujan pada Oktober diprediksi akan naik secara signifikan. Bahkan perubahan cuaca ekstrem akan terus berlangsung sampai akhir tahun 2016. Kondisi ini menyebabkan potensi kebencanaan di Kabupaten Sleman semakin meningkat. Oleh karena itu, masyarakat diimbau terus waspada terhadap kemungkinan bencana yang bisa terjadi.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Yogyakarta, Tony Agus Wijaya mengatakan, curah hujan kategori tinggi hingga sangat tinggi akan menyelimuti wilayah Sleman dan Kulonprogo. "Curah hujan diperkirakan mencapai 300 sampai 400 milimeter per bulan," katanya saat ditemui di Ruang Humas Setda Sleman, Kamis (6/10). 

Adapun wilayah Sleman yang berpotensi diguyur hujan meliputi Kecamatan Tempel, Sleman, Turi, Pakem, Ngaglik, Mlati, Seyegan, dan Cangkringan. Sementara di Kulonprogo, hujan kategori tinggi dan sangat tinggi diprakirakan akan melanda Kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Temon, Girimulyo, Nanggulan, dan Kokap.

Menurut Tony, hujan yang berlangsung akhir-akhir ini akan turun secara tidak merata dan cenderung berkumpul pada waktu atau periode tertentu. Seperti pada pagi hari, kemungkinan cuaca akan cerah, namun siang atau sore hujan dengan kategori lebat (50 mm) akan terjadi selama dua jam.

Tony mengemukakan, awal musim hujan di DIY maju sekitar dua sampai tiga minggu dari periode normal. Di Sleman, Kulonprogo, Kota Yogya, dan Bantul Utara, awal musim hujan tahun ini berlangsung pada akhir September. Sedangkan di Bantul Selatan dan Gunungkidul, awal musim hujan berlangsung pada awal Oktober. 

Selama periode awal musim hujan, potensi cuaca ekstrem semakin pun meningkat. "Di antaranya hujan lebat, petir, dan angin kencang berkecepatan di atas 45 Km per jam dengan suhu maksimum di siang hari mencapai 34 derajat celcius," ujar Tony.

Kondisi cuaca ekstrim tersebut, kata Tony, disebabkan oleh perubahan iklim dan perbedaan suhu permukaan bumi. Di antaranya peningkatan suhu permukan air laut di selatan Pulau Jawa berkisar satu sampai dua derajat celcius, kenaikan suhu permukaan air laut di barat Sumatera, kondisi La Nina yang lemah hingga skala -0.67, melemahnya angin timuran dan menguatnya angin baratan, serta posisi gerak semu matahari pada Oktober berada di atas Jawa atau di sebelah selatan garis ekuator.

Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Kunto Riyadi memgingatkan agar masyarakat mewaspadai beberapa potensi bencana yang dimungkinkan melanda Sleman. Di antaranya, angin ribut atau puting beliung, sambaran petir, banjir, hingga tanah longsor. 

Apalagi di Sleman terdapat beberapa jenis bencana yang sulit diprediksi. Seperti angin kencang, petir, dan puting beliung. "Maka itu, lebih baik jika masyarakat bisa mengantisipasi ancaman bahaya yang mungkin ditimbulkan. Dari hal-hal sederhana saja, misalnya memangkas pohon yang tua dan rindang dan membersihkan selokan," kata dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement