Senin 03 Oct 2016 18:22 WIB

Titik Panas di Sumatra Berfluktuasi

Titik panas. Ilustrasi
Foto: Antara
Titik panas. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan titik panas di Sumatra pekan ini mengalami fluktuasi karena terjadi musim kemarau basah yang tidak merata di setiap provinsi.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru Slamet Riyadi di Pekanbaru, Senin (3/10), berujar meski kemarau basah, tapi titik panas berpotensi muncul dengan tingkat kepercayaan kebakaran hutan dan lahan di atas 50 persen.

"Sore ini, satelit deteksi empat titik di Sumatera dengan wilayah penyebaran pada tiga provinsi yakni Sumatera Selatan dua titik serta Lampung dan Jambi sama-sama satu titik," ucapnya.

Kondisi itu berbeda dengan pantauan satelit pada pukul 7.00 WIB di mana ada 18 titik panas di Sumatera yang terdeteksi satelit milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Titik panas tersebut tersebar pada tiga provinsi yakni wilayah terbanyak di Aceh dengan sembilan titik, lalu di Sumatera Utara terpantau delapan titik dan di Riau sendiri satu titik. "Satu titik di Riau berada pada Kabupaten Pelalawan, tapi masih memiliki 'level of confident' (tingkat kepercayaan) kebakaran hutan dan lahan di bawah 70 persen. Atau belum jadi titik api," terangnya.

Sepekan lalu, Slamet mengingatkan titik panas terbanyak terjadi pada Selasa (27/9) sore dan Rabu (28/9) pagi dengan jumlah 40 titik. Namun pada pekan ini diperkirakan bakal mengalami penurunan terutama di Riau.

"Oktober dan November, Riau bakal alami puncak kemarau basah akibat mendinginnya suhu muka air laut di Samudera Pasifik. Maka wilayah sekitar seperti Jambi dan Sumatera Barat ikut rasakan dampak fenomena alam itu," jelasnya.

Meski bulan ini merupakan puncak kemarau basah, namun Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau mengaku, tetap secara rutin melakukan patroli udara memantau titik api.

"Walau setiap hari kita terima jumlah titik api dari BMKG, tapi patroli rutin tetap kita lakukan," ucap Wakil Komandan Satgas Penanggulangan Karhutla Provinsi Riau Edwar Sanger.

Patroli dilakukan guna memastikan titik api di suatu wilayah atau kabupaten/kota di Riau memang benar-benar tidak muncul.

Selain itu, pihaknya terus melakukan perbandingan dengan satelit lain untuk mengetahui titik api dengan tingkat kepercayaan lebih dari 70 persen terhadap suatu kecamatan.

Ia mencontohkan seperti Selasa (27/9), satelit NOAA 18 mendeteksi 18 titik panas terdapat di wilayah Indonesia sedangkan di Sumatera, termasuk di Riau dinyatakan nihil.

Tetapi tidak dengan satelit Terra dan Aqua yang diperbaharui oleh BMKG sampai pukul 16.00 WIB dan di Sumatera terdeteksi 40 titik panas, tiga titik diantaranya terdapat di Riau."Tiga titik itu tersebar di Dumai dua titik dan Kepulauan Meranti satu titik. Tapi armada kita di sana sudah lakukan pengecekan hari ini," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement