REPUBLIKA.CO.ID, PATI -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengimbau masyarakat di Tanah Air agar belajar ilmu agama dari ahlinya yang benar-benar memiliki kompetensi dalam menyampaikan ajaran agama.
"Masyarakat juga perlu melihat sosok dan rekam jejaknya dalam mengetahui pengetahuan keagamaan," ujarnya menanggapi fenomena Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang dikabarkan memiliki santri hingga puluhan ribu, di Pati, Kamis (29/9).
Kehadiran Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin di Desa Kajen, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati, dalam rangka peresmian Ma'had Aly Pesantren Maslakul Huda Kajen. Fenomena Dimas Kanjeng Taat Pribadi, kata dia, posisi pemerintah tidak dalam posisi menilai, apakah ajarannya itu menyimpang atau tidak.
Permasalahan tersebut, kata dia, diserahkan sepenuhnya kepada ulama untuk mendalami, meneliti, dan mengkaji apakah ajaran yang dikembangkan oleh padepokan milik Dimas Kanjeng Taat Pribadi selama ini menyimpang atau tidak. "Kami percaya penuh terhadap otoritas ulama untuk menentukan itu," ujarnya.
Sejauh ini, kata dia, Kementerian Agama terus mengikuti perkembangan fenomena Dimas Kanjeng. Hanya saja, kata dia, pemerintah menunggu pandangan dari ulama. "Kami juga akan mendengar pandangan MUI, termasuk organisasi masyarakat, seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, serta ormas lain terhadap padepokan tersebut," ujarnya.
Berdasarkan hasil pemberitaan di berbagai media, santri Dimas Kanjeng yang dikabarkan memiliki kemampuan dalam mendatangkan uang mencapai puluhan ribu orang yang tersebar dari berbagai daerah. Meskipun padepokannya berada di Probolinggo, Jawa Timur, pengikutnya justru datang dari berbagai daerah, termasuk dari Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.