Rabu 28 Sep 2016 09:03 WIB

Kalender Tanam Jadi Jurus Teknologi Antisipasi Perubahan Ikim

Petani saat musim panen (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Petani saat musim panen (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian menyiapkan dan mengembangkan berbagai paket inovasi teknologi untuk mengatasi perubahan iklim. Inovasi tersebut antara lain Kalender Tanam Terpadu (Katam) yaitu sistem informasi yang dipergunakan untuk mengantisipasi variabilitas iklim.

Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan, Mukti Sardjono menyatakan dengan paket inovasi teknologi tersebut, petani dapat menyesuaikan waktu dan pola tanam tanaman pangan serta teknologi budidaya yang paling tepat, penerapan varietas unggul adaptif yang tahan terhadap kekeringan genangan, berumur genjah, toleran salinitas dan rendah emisi gas rumah kaca.

Terkait hal itu, pihaknya menyosialisasikan pemahaman dampak perubahan iklim dalam upaya mencapai swasembada pangan di Provinsi Aceh yang memiliki ciri khas wilayah pantai Barat Aceh saat ini umumnya mengalami kelebihan air, sedangkan wilayah pantai Timur Aceh mengalami kekurangan air.

"Hal ini akan kita optimalkan," ujarnya dalam FGD Antisipasi Dampak Perubahan Iklim dalam Mewujudkan Swasembada Pangan di Provinsi Aceh.

Mukti menambahkan upaya lain mengantisipasi perubahan iklim yakni dengan penerapan berbagai paket teknologi ramah lingkungan yang dihasilkan Badan Litbang Pertanian juga terus dilakukan. Dalam upaya mencapai swasembada pangan di Provinsi Aceh, Kementan telah merealisasikan luas tanam di musim tanam (MT) 2015/2016 sebesar 87,1 persen dari target 512 ribu ha.

"Sisa target akan dikebut pada musim gadu, namun terkendala musim kering yang berdampak pada kurangnya curah hujan, sedangkan saluran irigasi primer dan sekunder sedang dalam perbaikan Kementerian PUPR," tambahnya.

Oleh karena itu, Mukti menegaskan Kementan akan terus berusaha mengoptimalkan sumber daya air yang ada dengan mengoptimalkan penggunaan pompa air yang ada. Sebab, tambahnya, pembangunan pertanian saat ini sangat tergantung pada ketersediaan kesesuaian lahan, curahan sinar matahari, benih unggul dan rakitan teknologi yang memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan perubahan lingkungan, khususnya perubahan iklim.

Mukti menjelaskan ancaman yang secara tidak langsung dipengaruhi perubahan iklim tersebut adalah degradasi sumberdaya lahan pertanian dan terjadinya fenomena cuaca yang tidak menentu. Fenomena ini yang dalam jangka pendek mengakibatkan kegagalan produksi pertanian.

"Keterbatasan dan fragmentasi lahan pertanian serta konvensi dan alih fungsi lahan pertanian ikut menambah beban berat pertanian dalam menjaga produktivitasnya," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement