REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan siap membantu pemerintah pusat dalam mengendalikan harga kebutuhan pokok di masyarakat. Salah satunya dengan membantu menyosialisasikan rencana Kementerian Perdagangan untuk mendirikan kios dari Bulog di pasar-pasar tradisional.
"Jadi ada perintah Menteri Perdagangan, tugas dari presiden itu untuk menstabilkan harga pangan yang selalu jadi masalah.
Salah satunya yang minta Bandung ikutan bahwa nanti di pasar-pasar, bulog akan punya kios namanya kios bulog," kata Ridwan usai menggelar rapat dengan staf wakil presiden di bidang perdagangan di Pendopo Kota Bandung, Jumat (23/9).
Emil, sapaan akrabnya, menuturkan pemerintah pusat akan membangun kios-kios milik Bulog di pasar tradisional. Berupa toko eceran yang akan menjual kebutuhan pokok seperti beras, daging, hingga daging.
Namun, kios milik Bulog ini tidak dimaksudkan untuk menyaingi pedagang di pasar. Ia menyebutkan, keberadaan kios lebih untuk menstabilkan harga kebutuhan pangan di lapangan. Tujuannya menjadi referensi harga untuk melindungi konsumen terutama saat harga pangan melambung.
"Pada saat harga sama, Bulog ini hanya jadi referensi saja. Kalau terjadi fluktuasi (tidak stabil harga) yang merugikan konsumen, bulog membuka. Konsumen ada pilihan. Membeli di pedagang jika harganya normal atau membeli di bulog kalau harga dianggap nggak wajar," tuturnya.
Emil menilai keberadaan kios Bulog ini semacam operasi pasaf setiap harinya. Sehingga diharapkan harga kebutuhan di pasar jauh lebih terjangkau.
Ia belum bisa menyebutkan kapan kios Bulog mulai beroperasi di pasar tradisional."Mereka nanya kita siapnya kapan. Nah ini kan butuh sosialisasi ke pedagangnya. Makanya saya minta PD Pasar untuk survei dulu," ujarnya.
Bukan hanya di Kota Bandung, Emil mengatakan ada 10 wilayah lain yang juga akan mendirikan kios Bulog di pasar-pasarnya. Ini dianggapnya sebagai inovasi dalam proses meredam fluktuasi yang sering terjadi terutama pada hari-hari besar nasional.