Rabu 21 Sep 2016 16:03 WIB

'Inovasi Akar Bawah' Bisa Tingkatkan Daya Saing UKM

Rep: Nora Azizah/ Red: Yudha Manggala P Putra
Peserta pameran mempraktekan cara membatik dalam pameran ekonomi kreatis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) binaan BI di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (26/8).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Peserta pameran mempraktekan cara membatik dalam pameran ekonomi kreatis Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) binaan BI di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (26/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia merupakan salah satu pemilik Usaha Kecil Menengah (UKM) terbanyak di Asia. Namun sayang, daya saing produknya belum mencapai titik tertinggi dibandingkan negara lain. Terutama inovasi produk masih perlu banyak pengembangan dan perbaikan.

"Grassroot innovation bisa menjadi salah satu langkah untuk meningkatkan daya saing UKM," kata Wakil Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Akmadi Abbas dalam acara Seminar dan Lokakarya Nasional Grassroots Innovation 2016 di LIPI Jakarta, Rabu (21/9). Grassroots innovation atau inovasi akar rumput akan meningkatkan kapasitas dan daya saing produk apabila diterapkan dengan benar.

Akmadi menjelaskan, konsep inovasi akar rumput di Indonesia dapat mencontoh India. Negara tersebut berhasil mendorong inovasi di masyarakat sehingga produk lebih berkembang. Kemudian memanfaatkannya untuk mengembangkan perekonomian. Bahkan India bekerja sama dengan Honey Bee Network, National Innovation Foundation (NIF) serta beberapa institusi formal dan non-formal dalam berinovasi.

Kini, India banyak dicontoh negara lain karena mampu membuat tata kelola grassroot innovation paling ideal. Inovasi akar rumput tersebut mampu mengelola keragaman sumber daya alam dan manusia dengan jauh lebih baik. "India bisa kita contoh karena saat kita belum maksimal menggali, menghargai, dan melindungi inovasi dari para penciptanya," lanjut Akmadi.

Saat ini berbagai inovasi akar rumput bisa ditemukan hampir di tiap wilayah Indonesia. Beberapa di antaranya, yakni penyiku rotan dari Lombok, beras singkong dari Bandung, serta olahan ubi jalar ungu asal Kuningan, Jawa Barat. Inovasi produk tersebut sudah memberikan manfaat ekonomi pad inovatornya.

Namun juga membawa manfaat sosial dan lingkungan terhadap masyarakat di sekitar wilayah inovasi tersebut tumbuh. Hal tersebut sudah sesuai dengan prinsip grassroot innovatio, yakni membawa manfaat bagi banyak orang.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement