Selasa 20 Sep 2016 20:04 WIB

Kritisi PON, Wartawan Dapat Ancaman

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
 Petugas kepolisian menggelandang preman. (Ilustrasi)
Foto: ANTARA
Petugas kepolisian menggelandang preman. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rajin mengkritisi penyelenggaraan PON 2016, wartawan harian Tribun Jabar Moh Zezen Zainal  mendapat ancaman fisik dari oknum LSM dan ormas. Menurut Zezen yang sehari-hari bertugas di Pemprov Jabar ini, dirinya mendapatkan intimidasi baik secara langsung maupun tidak langsung dari oknum yang mengaku anggota LSM dan ormas.

"Saya ditelepon dan SMS berisi ancaman, makian dan kata-kata kasar, puncaknya hari ini dua orang preman mendatangi istri saya di rumah," ujar Zezen, pada wartawan di Bandung, Selasa (20/9).

Intimidasi ini bermula saat dirinya menulis berita pada Jumat (16/9) dan tayang pada koran cetak Tribun Jabar edisi Sabtu (17/9). Berita itu menjadi headline (HL) Tribun Jabar halaman satu dengan judul "Menpora Ingatkan PB PON. Hati-hati Penggunaan Dana. Jangan Sampai Kasus PON Riau Terulang."

Sabtu siang, sekitar pukul 10.59 WIB, ia menerima pesan singkat (SMS) dari seseorang dengan nomor yang tidak  dikenal (Mr A) dan mengaku anggota ormas. SMS itu, isinya menanyakan keberadaan Zezen seperti seorang yang akrab. "Tak berselang lama nomor itu kemudian mengirim beberapa SMS ancaman dan meminta saya tidak lagi memberitakan hal-hal sensitif tentang PB PON seperti penggunaan dana," katanya.

Menurutnya, pemilik nomer tersebut yang kini sudah disimpan pihaknya, juga melontarkan sejumlah fitnah. Tak berselang lama, ia mendapat kembali SMS dari nomer yang berbeda dari Mr X yang mengaku anggota LSM untuk mengangkat telepon.

Pada pukul 14.26 di hari yg sama, Zezen juga mendapat SMS dari nomor lain. Orang tersebut, memperkenalkan diri sebagai Mr X (orang yg berbeda dengan nonor yg menghubungi saya pertama). Dia mengaku sebagai anggota LSM. Lalu, meminta dirinya mengangkat telepon. “Dia keberatan dengan berita yang saya buat itu. Ia meminta saya untuk bertemu dengan dia dan teman-temannya yang menurut dia tersinggung dengan berita yang saya buat,” katanya.

Di kesempatan tersebut juga Mr X mengancam akan mendatangi kediaman Zezen karena sudah mengantongi alamat. “Dia bahkan mengancam akan membuat saya kapok bila masih terus membuat berita-berita yang mengkritisi PB PON,” katanya.

Ancaman ketiga datang Mr Y dari sebuah ormas. Singkatnya, dalam perbincangan itu Mr Y yg mengaku bersama Mr X dan Mr A kembali menegaskan dan meminta dirinya untuk menghentikan pemberitaan-pemberitaan yang mengkritisi PB PON apalagi menulis hal-hal sensitif.  “Kembali ancaman dilontarkan ke saya,” katanya.

Zezen mengaku, dalam perbincangan dgn 3 orang berbeda itu, sempat menanyakan mengapa mereka keberatan. Karena, Ia merasa tak memberitakan mengenai ormas atau LSM mereka.

"Yang saya beritakan hanya berita normatif mengenai warning dari Kemenpora kepada PB PON agar hati-hati menggunakan dana PON sehingga kasus PON Riau tidak terulang di PON Jabar,” katanya.

Namun, pada Selasa (20/9) ini sekitar pukul 10.30 Ia mendapat kabar dari istri saya, ada dua orang pria berbadan tinggi dan bertato mendatangi tempat tinggalnya di daerah Soreang Kabupaten Bandung.

Dua orang yang penampilannya mirip preman itu mengintimidasi istrinya yang sedang seorang diri berada di rumah. Mereka menanyakan keberadaan Zezen. Serta, menanyakan kapan dirinya pulang dan berada di rumah. "Akibat intimidasi dan ancaman yg dilontarkan kepada istri saya tersebut, istri saya mengalami trauma berat sampe gemeteran saat menelepon," katanya.

Menurutnya, karena sudah mengarah pada tindakan pindana dirinya dengan didukung penuh Redaksi Tribun Jabar akan melaporkan kejadian ancaman dan intimidasi yang dirinya dan keluarga alami ini ke pihak kepolisian. “Karena sudah mengancam jiwa dan mengusik ketenangan hidup kami,” katanya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement