REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran hutan yang diikuti dengan bencana asap di Asia Tenggara tahun lalu kemungkinan telah menyebabkan 100 ribu kematian prematur. Kebakaran menyebabkan sekitar 91.600 kematian di Indonesia, 6.500 di Malaysia dan 2.200 di Singapura.
Demikian studi terbaru dari ilmuwan Universitas Harvard dan Columbia dalam jurnal lingkungan Enviromental Research yang dikeluarkan, Senin seperti dilansir RT. Jumlah kematian itu cukup besar atau puluhan ribu kali lebih tinggi dari yang dinyatakan otoritas setempat.
Dalam studi itu, ilmuwan menggunakan data satelit dan modeling komputer untuk memperkirakan potensi kematian. Memakai data itu asap mendorong kematian antara 26.300 dan 174.300 orang atau rata-rata 100.300 jiwa.
"Kami memperkirakan bencana asap pada 2014 menyebabkan kematian 100.300 jiwa di Indonesia, Malaysia dan Singapura. Jumlah ini dua kali lebih besar dari 2006. Penyebab peningkatan ini tak terlepas dari kebakaran di Provinsi Sumatra Selatan, Indonesia," ujar Ilmuwan.
Otoritas Indonesia hanya menyebut jumlah kematian 19 orang. Namun pada saat yang sama, Badan Penanggulangan Bencana Nasional pada Oktober menyebut lebih dari 43 juta jiwa terpapar asap dari kebakaran. Setengahnya mengalami permasalahan pernapasan
"Menyusul kebakaran tahun lalu, Pemerintah Indonesia mengatakan 43 juta jiwa terpapar asap di negara itu, dan setengahn mengalami masalah pernapasan," ujarnya.
Baca juga, Polri Tegaskan Tidak Memihak Soal SP3 Kebakaran Hutan.
Dalam studi itu, ilmuwan juga membandingkan kebakaran yang terjadi pada 2015 dan 2006. Mereka mencatat peningkatan kebakaran terjadi pada lahan gambut dan konsesi kayu. Pada 2006, kata ilmuwan, kebakaran terjadi karena sengaja untuk membuka kelapa sawit dan pabrik kertas.