REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu guru dari Perguruan Mahesa Kurung, Endang S membantah bahwa perguruannya berkaitan dengan aksi anarkis kelompok geng motor di wilayah Jakarta Selatan. Justru, kata dia, perguruannya ingin membantu orang yang teraniya bukan malah menganiaya orang lain.
Endang mengakui bahwa perguruan Mahesa Kurung memang mengajarkan ilmu kebal atau kanuragan kepada murid-muridnya. Namun, kata dia, hal itu bukan untuk ‘sok jagoan’ tapi agar mereka berdzikir dan melakukan shalat.
“Pada umumnya itu semua fitnah, polisi pun sudah membuat pernyataan bahwa tidak ada keterkaitan Mahesa Kurung sama genk motor,” ujar dia saat dihubungi, Senin (19/9).
Ia kemudian menceritakan berdasarkan informasi yang didapat dari internal perguruannya. Menurut dia, awalnya fitnah tersebut muncul karena waktu kejadian pertama ada geng Jerman yang mengejar genk motor Inggris. Saat dikejar, geng motor Inggris hanya tiga orang.
“Saat dikejar anggota geng motor Inggris itu sembunyi di bengkel itu (di Jalan Lenteng Agung). Kebetulan saat itu ada anak-anak Mahesa Kurung lagi nongkrong,” ucap dia.
Kemudian, karena geng motor Inggris saat itu teraniya maka murid Mahesa Kurung mencoba menolong. Namun, kata dia, pada akhirnya malah murid Mahesa Kurung yang dituduh telah mengajarkan ilmu kebal kepada geng motor Inggris tersebut.
“Jadi itu awalnya geng Jerman dan Inggris itu berantem. Jadi kenapa Mahesa kurung terlibat?. Enggak ada juga Mahesa kurung melatih geng motor, jadi hanya berusaha bantu sebetulnya,” kata Endang.
Ia menambahkan, jika pun ada muridnya yang terlibat dalam penganiayaan ataupun pengeroyokan yang melanggar hukum maka secara tegas akan dikeluarkan dari perguruannya tersebut. "Ya, siapapun yang terlibat dengan geng motor keluar dari anggota. Kita belajar ilmu-ilmu itu bukan untuk sok jagoan tapi untuk jaga diri," ujar dia.