Ahad 18 Sep 2016 20:45 WIB

Tutup Lokalisasi, Mensos Sempat Dituding Sok Moralis

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (tengah) bersama Kepala Bareskrim Irjen Ari Dono (kanan) dan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Ni'am Sholeh (kiri) memberikan keterangan kepada awak media saat menggelar konferensi pers
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa (tengah) bersama Kepala Bareskrim Irjen Ari Dono (kanan) dan Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Ni'am Sholeh (kiri) memberikan keterangan kepada awak media saat menggelar konferensi pers

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARBARU— Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengaku sempat mendapatkan tudingan miring menyusul komitmen dan upaya kerasnya menutup lokalisasi prostitusi. 

“Banyak yang menyebut saya sok moralislah, inilah,” katanya dalam Deklarasi Penolakan dan Penutupan Lokalisasi Prosititusi di Banjarbaru, Kalimatan Selatan, Ahad (18/9). 

Namun, ungkap sosok yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama ini, dirinya tetap tidak bergeming menggerakkan penutupan lokalisasi di Indonesia. Dia berkeyakinan segenap elemen masyarakat mendukung ikhtiarnya itu. 

Dia menyebutkan, sejak pertama kali dilantik pada 2014, usai pertemuan dengan sejumlah kepala daerah, terhimpun data ada sebanyak 163 titik lokalisasi di Indonesia. 

Setelah bekerjasama dengan berbagai pihak, lanjut Mensos, hingga kini jumlah tersebut berhasil dikurangi secara signifikan. Tersisa 33 titik saja yang tersebar di seluruh Indonesia. “Kita targetkan Indonesia bersih prostitusi 2019,” katanya.    

Dia mengatakan, penyelesaian prostitusi adalah pekerjaan rumah bersama. Butuh turun langsung untuk mendalami ragam soalan termasuk memahami ekspolitasi yang sangat kompleks terhadap pekerja seks komersial sekaligus solusi yang komprehensif.

Mensos mengisahkan betapa seorang perempuan yang terjun di dunia prostitusi, kerap terjerat oleh ekploitasi muncikari ataupun lintah darat. Belum lagi impitan persoalan lainnya.   

Apapun itu, imbuh Mensos, pihaknya berkeyakinan banyak pihak yang menginginkan lokalisasi ditutup. Dalam kasus penutupan lokalisasi Sentani Jayapura misalnya, dua hasil penelitian masing-masing dari Universitas Cendrawasih dan Universitas Papua merekomendasikan penutupan. 

“Perlu langkah preventif bersama untuk hidup sehat dan cegah prostitusi dari lingkungan masyarakat terkecil seperti RT dan RW,” paparnya.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement