REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Kabupaten Tasikmalaya termasuk kabupaten paling rawan bencana di Indonesia. Sepanjang 2015 telah terjadi 290 kejadian bencana alam yang mengakibatkan kerugian materi sekitar Rp 13 miliar.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Derah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Kundang Sodikin melalui Sekretaris BPBD, Yayah Wahyuningsih mengatakan, tahun ini terjadi peningkatan jumlah bencana alam dibanding tahun lalu. BPBD mencatat, sejak Januari sampai September tahun lalu terjadi 151 bencana alam.
"Tahun ini BPBD mencatat, sejak Januari sampai September sudah terjadi 190 bencana alam yang mengakibatkan kerugian materi sekitar Rp 10,5 miliar," kata Yayah kepada Republika.co.id, Ahad (18/9).
Ia menerangkan, ada beberapa jenis bencana yang patut di waspadai saat musim hujan di Tasikmalaya. Di antaranya longsor (pergerakan tanah) dan banjir. Sepanjang 2015 terjadi 99 bencana longsor dan lima kali banjir.
Sepanjang Januari sampai September 2016, dikatakan Yayah, telah terjadi 138 bencana longsor dan tujuh kali banjir. Tahun ini ada dua jenis bencana banjir.
"Di antaranya banjir rob yang mengancam wilayah Kecamatan Cipatujah di pesisir selatan dan banjir luapan Sungai Cikidang yang mengancam wilayah Kecamatan Sukaresik," ujarnya.
Setiap tahun bencana alam berupa longsor selalu paling sering terjadi. Menurut BPBD, hampir semua kecamatan di Tasikmalaya berpotensi longsor dan pergerakan tanah. Tapi, ada 11 kecamatan dari 39 kecamatan yang dinilai rawan. Di antaranya, Kecamatan Sukaraja, Salopa, Cineam, Bantarkalong, Salawu, Cigalontang, Parung Ponteng, Pagerageung, Gunung Tanjung, Manonjaya dan Karang Jaya.
Yayah menerangkan, di musim kemarau pun, Tasikmalaya masih harus tetap waspada terhadap bencana alam. Saat kemarau kerap terjadi kekeringan dan krisis air bersih. Wilayah Tasikmalaya memang memiliki banyak air tapi tidak bersih karena sifat airnya sudah seperti itu.
"Karenanya, saat kemarau BPBD bekerjasama dengan PDAM sering mendistribusikan air bersih ke wilayah yang mengalami krisis air bersih," katanya.
Ia megatakan, dari 39 kecamatan di Tasikmalaya hanya lima kecamatan yang tidak pernah meminta bantuan air bersih. Beberapa tahun terakhir BPBD membangun tiga sumur bor di tiga kecamatan. Tapi, jumlah sumurnya masih minim dan tidak dapat mencukupi kebutuhan masyaraat di semua kecamatan.