REPUBLIKA.CO.ID, JERMAN -- Dunia fauna, selama ini, meyakini jerapah adalah satu spesies besar dengan banyak subspesies. Namun, penelitian terkini membuktikan hewan itu bisa diklasifikasikan dalam empat spesies berbeda.
Studi terbitan jurnal Current Biology itu, mendasarkan reklasifikasi dari analisis DNA mitokondria jerapah. Para penulis termasuk pakar biologi konservasi dari Giraffe Conservation Foundation (GCF) Julian Fennessy, ahli genetika Axel Janke dari Senkenberg Research Institute di Jerman, dan rekan.
Mereka mendapati, adanya perbedaan DNA yang begitu besar pada beberapa subspesies mamalia tertinggi di dunia itu. Perbedaan yang dijumpai bahkan sama atau lebih besar dari perbandingan antara beruang coklat dan beruang kutub.
Fennessy menjelaskan, pengujian genetik dilakukan terhadap lebih dari 200 jerapah di seluruh Afrika. Tim mengumpulkan sampel jaringan hewan yang secara resmi bernama ilmiah Giraffa camelopardalis tersebut selama lebih dari satu dekade.
Selanjutnya, diferensiasi genetik yang ada dicocokkan dengan populasi yang lebih luas. Disebutkan Fennessy, pertukaran genetik antara kelompok berbeda relatif sangat jarang dan hampir tidak ada. "Isolasi genetik ini mendefinisikan bahwa mereka bukan subspesies, melainkan kelompok spesies yang berbeda," tuturnya.
Empat spesies baru itu antara lain jerapah selatan (Giraffa giraffa), jerapah utara (Giraffa camelopardalis), jerapah Masai (Giraffa tippelskirchi), dan jerapah reticulated (Giraffa reticulata). Fennessy menyebutkan, pembaruan klasifikasi bisa membantu upaya konservasi di masa mendatang.