REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Paguyuban Bakul Belanja Keliling Rembang (PBBKR) terkenal di Rembang, Jawa Tengah. Komunitas PBBKR beranggotakan 60 pedagang perempuan.
Kelompok ini lahir berawal dari keperihatinan seorang wanita bernama Linda Setyawati akan kondisi ekonomi ibu-ibu pedagang Rembang. Linda berkisah, untuk memiliki modal ibu-ibu tersebut meminjam dari rentenir.
"Ambil uang Rp 100 ribu, dalam tempo 24 hari harus dikembalikan Rp 120 ribu," katanya sewaktu mengikuti pertemuan bulanan PBBKR, di Desa Kedungrejo, Rembang, Rabu (14/9).
Linda melanjutkan, kondisi demikian membuatnya tertarik mencarikan solusi. Ia kemudian mengumpulkan mereka hingga terbentuklah PBBKR. “Awalnya, mereka merasa jangan-jangan Bu Linda mau nyalon bupati, kok kita dibujuk-bujuk. Sebelumnya, cuma lima orang, 10, 20, sekarang 60 orang,” tutur Linda.
Linda kemudian mencari dana sebagai modal usaha anggota paguyuban bentukannya. Linda pun menghubungi PT Semen Indonesia (PT SI). Bak gayung bersambut, PT SI itu bersedia memberi pinjaman Rp 3 juta dengan cicilan pembayaran selama 18 bulan.
Para anggota PBBKR kemudian menyicil Rp 200 ribu per bulan. Perinciaanya, Rp 182 ribu sebagai pembayaran dana pinjaman kepada PT SI, sisanya dalam bentuk tabungan.
“Ini sudah bulan ke-11, selama ini tertib gak ada yang nunggak,” tutur Linda.
Ninik (40 tahun), salah satu anggota komunitas tersebut merasa sangat terbantu. Sebagai tulang punggung keluarga, Ninik terbantu dengan pinjaman tersebut.
“Alhamdullilah, pinjaman itu sangat ringan bagi saya. Hanya Rp 182 ribu per bulan, sangat membantu saya. Usaha saya jadi lancar,” kata warga RT 03 RW 05 Desa Kedungrejo itu.