REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Meski sudah memiliki sejumlah pabrik gula baik milik BUMN maupun swasta, Provinsi Lampung masih mengimpor gula atau kembang gula dari Thailand. Impor gula atau kembang gula tersebut untuk memenuhi kebutuhan industri makanan di provinsi ujung selatan Pulau Sumatra ini.
“Jangan dilihat Lampung punyak banyak pabrik gula, tapi gula yang diimpor gula rafinasi untuk memenuhi kebutuhan industri makanan yang begitu tinggi,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung, Bambang Widjanarko di Bandar Lampung, Kamis (15/9).
Ia mengatakan tingginya permintaan gula rafinasi dari industri makanan di Lampung membuat sejumlah pabrik gula yang ada di Lampung tidak mampu memasoknya. Untuk memperlancar perekonomian daerah, Lampung mengimpor gula rafinasi dari Thailand.
Menurut dia, pada periode Januari–Agustus 2016 BPS mencatat terjadi peningkatan impor gula atau kembang gula bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2015 sebesar 44,62 persen. Nilai impor gula atau kembang gula pada Januari–Agustus 2015 sebesar 125,77 juta dolar AS sedangkan periode yang sama tahun 2016 sebesar 181,89 juta dolar AS.
“Sedangkan pada Agustus 2016 terhadap Juli terjadi penurunan impor gula atau kembang gula sebesar 45,15 persen,” ujarnya.
Mengenai andil lima golongan barang utama terhadap total impor Lampung pada Agustus 2016 mencapai 54,42 persen. Impor gula atau kembang gula andilnya sebesar 6,44 persen di bawah impor mesin-mesin atau pesawat mekanik 32,12 persen. Sedangkan andil impor yang tinggi yakni migas sebesar 33,41 persen.