REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Selama tahun ini, Provinsi Lampung mengalami perlambatan ekonomi. Hal tersebut terungkap pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung mengenai tren perkembangan ekspor dan impor periode Januari – Agustus 2016.
“Dari perkembangan ekspor Lampung Januari – Agustus trennya menurun, sedangkan impor terjadi fluktuatif. Perlambatan ekonomi di Lampung ini pengaruh ekonomi global yang masih terjadi,” kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Lampung, Bambang Widjanarko di Bandar Lampung, Kamis (15/9).
Ia mengatakan ekspor komoditas asal Lampung ke lima negara: Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Italia, Spayol, dan Jepang mengalami penurunan dari Januari hingga Juli 2016. Sedangkan pada Juli ke Agustus terjadi peningkatan yang drastis yakni 91,15 juta dolar AS atau naik 50,79 persen.
“Kenaikan ekspor pada Agustus 2016 yang cukup tinggi tersebut, karena pada Juli lalu ada penumpukkan barang karena adanya cuti bersama dan libur hari raya Idul Fitri. Jadi barang baru bisa diekspor pada Agustus,” katanya.
Lima golongan utama ekspor Lampung yakni kopi, teh, rempah-rempah, lemak dan minyak hewan/nabati, batubara, olahan dari buah-buahan/sayuran, dan bubur kayu (pulp). Peningkatan ekspor tejadi pada lima golongan utama tersebut pada Agustus 2016.
Bambang mengatakan, impor komoditas Lampung terjadi fluktuatif pada periode Januari – Agustus 2016. Pada Agustus 2016, ia mengatakan tercatat terjadi peningkatan. Nilai impor Provinsi Lampung Agustus 2016 mencapai 283,03 juta dolar AS, atau mengalami peningkatan sebesar 128,25 juta dolar AS atau naik sebesar 82,86 persen dibandingkan pada Juli lalu, yang hanya 154,78 juta dolar AS.
Nilat tersebut lebih tinggi 18,85 juta dolar AS atau 7,14 persen dibandingkan dengan Agustus 2015 yang tercatat 264,18 juta dolar AS.
BPS mencatat peningkatan impor terjadi pada komoditas utama yakni mesin-mesin/pesawat mekanik naik 563,41 persen, ampas/sisa industri makanan naik 97,86 persen, pupuk naik 235,87persen, biji-bijian berminyak naik 1.337,08 persen. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan impor yakni gula dan kembang gula. Penurunannya mencapai 45,15 persen.
Andil impor lima golongan utama terhadap total impor di Lampung pada Agustus 2016 mencapai 54,42 persen.