Kamis 15 Sep 2016 15:51 WIB

BNPB: September Puncak Musim Kemarau

Rep: Lintar Satria/ Red: Andri Saubani
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memberikan paparan kepada wartawan terkait penanggulangan bencana asap dan Karhutla di BNPB, Jakarta, Senin (29/8).
Foto: Republika/ Wihdan
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho memberikan paparan kepada wartawan terkait penanggulangan bencana asap dan Karhutla di BNPB, Jakarta, Senin (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) belum hilang dari Sumatra dan Kalimantan. Menurut Sutopo, September adalah puncak musim kemarau yang umumnya diikuti dengan meningkatnya jumlah titik api (hotspot). Cuaca kering menyebabkan hutan dan lahan mudah dibakar. 

Pembakaran lahan secara sengaja, kata Sutopo, menjadi penyebab utama karhutla. “Tidak mungkin menihilkan hotspot di seluruh wilayah Indonesia selama setahun karena terkait dengan perilaku dan kebiasaan membakar, baik di lahan gambut maupun mineral,” kata Sutopo, dalam siaran persnya, Kamis (15/9).

Sutopo memerinci, satelit MODIS dengan sensor Terra Aqua milik NASA mendeteksi 260 hotspot di Indonesia. Secara umum, jumlah jumlah hotspot hingga September 2016 menurun sebesar 60 persen dibandingkan jumlah hotspot pada 2015. “Yang pasti luas dan kerugian ekonomi jauh lebih kecil dibandingkan 2015 lalu," kata Sutopo.

Strategi untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan itu, yakni BNPB melakukan operasi darat dan operasi udara. Operasi pemadaman di darat dikerahkan 22.107 personil gabungan dari TNI, Polri, BNPB, BPBD, Manggala Agni, Damkar dan Masyarakat Peduli Api. “Untuk operasi udara BNPB mengerahkan 24 helikopter dan pesawat untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan dari udara. Heli dan pesawat tersebut untuk water bombing dan hujan buatan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement