REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Memasuki musim panen sejak Agustus hingga pertengahan September 2016, harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani dan penggilingan sentra produksi padi di Lampung anjlok. Petani tidak bisa berbuat banyak, terpaksa menjual gabahnya.
Harsono, petani di Purwo Asri, Metro, mengaku harga gabah setiap musim panen selalu anjlok. Saat ini, harga gabah Rp 4.100 per kg, turun dari Rp 4.300 per kg.
"Sudah jadi nasib petani, saat panen justru harga gabah anjlok," katanya, Rabu (14/9).
Para petani tidak dapat berbuat banyak menyimpan gabahnya, karena terdesak kebutuhan rumah tangga dan anak sekolah. Gabah yang barusan di panen langsung dijual ke penampung. Sedangkan penampung sudah menunggu di jalan untuk membawa gabah petani.
Petani di Trimurjo, Lampung Tengah, juga merasakan anjloknya harga gabah. Setelah panen, petani setempat langsung menjual gabahnya kepada penampung yang sudah siaga dengan mobil truknya.
"Gabah kami langsung jual ke penampung. Harganya jelas lebih rendah," kata Sugiono, petani Trimurjo. Menurut dia, panen padi tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya, karena kondisi cuaca yang stabil.
Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung menyebutkan penurunan harga GKP karena memasuki musim panen raya pada Agustus. Penurunan harga GKP di tingkat petani sebesar 3,20 persen dan di penggilingan 3,02 persen.
Kepala BPS Lampung, Yeane Irmaningrum mengatakan, harga GKP di tingkat petani dari Rp 4.279,77 per kg menjadi Rp 4.142,86 per kg, dan di tingkat penggilingan dengan kelompok kualitas yang sama turun dari Rp 4.359,77 per kg menjadi Rp 4.227,98 per kg.
Harga gabah tertinggi di tingkat petani mencapai Rp 4.600 per kg pada gabah kualitas GKP dengan varietas Ciherang. Harga gabah terendah Rp 3.800 per kg gabah varietas Mayang.
Harga tersebut masih di atas harga pembelian pemerintah (HPP) sebesar Rp 3.700 per kg. Di tingkat penggilingan, harga gabah tertinggi Rp 4.720 per kg, sedangkan harga gabah terendah kelompok kualitas GKP yaitu Rp 3.880 per kg.