Kamis 08 Sep 2016 20:40 WIB

Petani Semarang Siasati Keong Mas Jadi Pupuk

Seorang warga menunjukkan keong emas yang menjadi hama padi di Desa, Ngadudero, Sukolilo, pati, Jateng, Rabu (1/2). Warga memanfaatkan hama keong untuk lauk pauk yang dijual dengan harga Rp 4 ribu per kilogram.
Foto: Antara
Seorang warga menunjukkan keong emas yang menjadi hama padi di Desa, Ngadudero, Sukolilo, pati, Jateng, Rabu (1/2). Warga memanfaatkan hama keong untuk lauk pauk yang dijual dengan harga Rp 4 ribu per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kelompok petani di Ngaliyan, Semarang, Jawa Tengah mengolah hewan keong mas (pomacea canaliculata) yang selama ini dikenal sebagai hama menjadi pupuk organik.

"Dari sisi teknis, pupuk keong mas ini lebih praktis dan ringan. Kami sudah membandingkan hasilnya dengan pupuk kimia yang biasa digunakan," kata salah satu petani Samino, di Semarang, Kamis (8/9).

Ia menyebutkan hasil panen jagung dari biasanya menggunakan pupuk kimia hanya sekitar 60 ton per hektare, tetapi setelah menggunakan pupuk dari siput air tawar itu meningkat menjadi 70 ton per hektare.

Proses pembuatannya, lanjut dia, sangat mudah dan jelas ramah terhadap lingkungan karena bersifat organik, dibandingkan dengan pupuk kimia yang berdampak negatif dalam ekosistem lahan pertanian. "Sejauh ini, penggunaan pupuk keong mas ini lebih menguntungkan petani dan tidak merusak lahan. Kami sebenarnya hanya berusaha membuat alternatif menyiasati kian mahalnya harga pupuk kimia," katanya.

Namun, kata dia, kelompok tani di Kecamatan Ngaliyan akan terus mengembangkan pupuk organik itu karena lebih menguntungkan dan petani-petani di daerah lainnya juga bisa mencontoh.

Sementara itu, Kepala Seksi Perlindungan Tanaman dan Hortukultura Dinas Pertanian Kota Semarang Muji Mulyo mengakui pupuk keong mas itu merupakan alternatif menyiasati harga pupuk yang mahal.

Menurut dia, selama ini keong mas dianggap sebagai hama bagi petani karena merusak tanaman, namun petani di Ngaliyan menemukan cara mengolahnya sedemikian rupa menjadi pupuk yang sangat bermanfaat.

"Sudah dilakukan eksperimen. Untuk uji coba di tanaman jagung, ternyata hasilnya juga memuaskan, malah lebih bagus dibandingkan dengan pupuk kimia. Sebab, pupuk ini mudah diserap tanaman," katanya.

Dari hasil uji coba yang dilakukan bersama Distan Kota Semarang, kata dia, pupuk yang mengandung asam amino itu terbukti bisa meningkatkan kualitas dan kuantitas panen, dari 60 ton/ha menjadi 70 ton/ha.

Muji menjelaskan pupuk tersebut berbahan dasar keong mas, dicampur ikan, nanas muda, daun kelor, dan asam nitrat yang diproses dengan cukup mudah, yakni berbagai bahan tadi ditumbuk bersama-sama.

"Biasanya, keong mas 10 kilogram, ikan bandeng 1 kg, 1 buah nanas muda, dan 1 kg daun kelor, kemudian ditumbuk bersama. Setelah halus, 1 ons asam nitrat dicampur ke dalam hasil tumbukan tadi," katanya.

Setelah itu, kata dia, campuran berbagai bahan tadi ditampung dalam wadah tertutup selama lebih kurang satu bulan, dan akan menghasilkan 1 liter pupuk yang bisa digunakan untuk lahan sekitar 1 ha. "Saran kami, pembuatan (komposisi, red.) tidak melebihi ukuran, termasuk penggunaannya. Sebab, jika melebihi ukuran dikhawatirkan 'overdosis' yang menyebabkan tanaman justru mati," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement