Kamis 08 Sep 2016 20:32 WIB

Pedagang Hewan Kurban Padati Ciomas Bogor

Rep: Santi Sopia/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi
Foto: Yasin Habibi/Republika
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Sejak sebulan menjelang Hari Raya Idul Adha, tenda-tenda penjualan hewan kurban sudah tampak bermunculan di sejumlah daerah Tanah Air. Kian maraknya tenda penjajak hewan kurban juga bisa ditemukan di sepanjang kawasan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Kawasan yang juga berbatasan langsung dengan wilayah Kota Bogor ini memang kerap menjadi salah satu tempat keramaian para penjual, baik yang berasal dari dalam maupun luar Bogor. Pedagang musiman dari berbagai penjuru pun mendadak memenuhi Kota Hujan.

Ramlan (50 tahun), warga asal Jawa Tengah, misalnya, yang mengaku datang ke Bogor hanya untuk menjual hewan kurban sampai mendekati Hari H. Pria yang menjual hewan sapi dan datang bersama empat kawannya ini menempati sebuan lapangan dan mendirikan tenda dengan spanduk bertuliskan “Sri Rezeki”.

“Namanya kita untuk cari rezeki, iya kita dapat komisi dari pemilik,” kata Ramlan yang didampingi kawan-kawannya tersebut, Kamis (8/9).

Sudah sejak sebulan lalu Ramlan merantau untuk berjualan. Dari 44 sapi yang didatangkan, sudah terjual 37 ekor. Harga yang ditawarkan Ramlan bervariasi namun tergolong terjangkau, mulai dari Rp 15 juta sampai Rp 30 jutaan.

Itu dengan berat hewan mulai dari 250 kilogram sampai 500 kilogram. Diakui Ramlan, yang paling laris sejauh ini, sapi dengan berat sedang sekitar 350 kilogram dengan pembeli yang rata-rata melakukan patungan.

Sampai mendekati Hari H nanti, tak menutup kemungkinan akan  didatangkan sejumlah hewan kembali, bila permintaan meningkat. Selama 10 tahun belakangan, penjualan sapi yang dirasakan Ramlan, masih relatif stabil. Setiap tahunnya, harga bisa naik sekira 20 persen, yang mana juga diseimbangkan dengan harga bahan pokok di pasar.

“Kalaupun naik harga masih wajar, penjualan tidak sepi ataupun lebih ramai, masih stabil saja. Namanya hewan kurban ada faktor risikonya, masih harus dipelihara, dirawat sampai disembelih,” kata dia menjelaskan.

Hendrik (30 tahun), penjual hewan kurban lainnya memiliki harapan serupa dengan Ramlan, yaitu peningkatan penjualan setiap tahunnya. Tetapi kenyataannya, jumlah hewan kurban yang dijual Hendrik malah berkurang dari tahun lalu. Ini tak terlepas dari harga kambing yang juga meroket. Bayangkan, tahun ini, ia hanya bisa menyediakan setengah dari jumlah jualan tahun lalu.

“Tahun lalu sampai 80, sekarang cuma 40-an, aduh lumayan kan kurang setengahnya,” keluh ayah satu anak itu.

Dalam satu bulan ini, pria yang meneruskan usaha sang Ayah tersebut berhasil menjual sekitar 15 ekor dari total yang ada. Menurutnya, para pembeli lebih menyukai kambing  dengan bulu putih yang bagus seharga Rp 3 juta dengan berat 40 kilogram. Hewan yang didatangkan berasal dari Daerah Jampang, Kabupaten Bogor.

Menurut Koordinator Kecamatan Ciomas dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Teni Dwi Noviani, di Kecamatan Ciomas  sendiri ada tak kurang dari 30 lapak penjual hewan kurban. Mulai dari penjual di pinggir jalan hingga di tempat perkumpulan tertentu. Teni yang bertugas menyisir seluruh tenda penjual ini mengatakan, upaya pemeriksaan setiap tenda dilakukan rutin setiap tahun.

“Sampai hafal kan pedagang di sekitaran sini sama saya, karena setiap tahun saya yang periksa,” kata Teni saat memeriksa salah satu tenda.

Pemeriksaan dilakukan, terutama untuk memastikan kesehatan hewan Jika berpenyakit ringan, hewan bisa langsung diobati tim Dinas. Sebaliknya, jika ternyata ditemukan penyakit parah, akan dilakukan tindak lebih lanjut hingga tidak mendapat legitimasi diperjualbelikan. Penyisiran ini dilakukan sampai H-1 guna memastikan seluruh lapak bebas penyakit.Para petugas Dinas sudah terjun sejak sepekan lalu. Dia menambahkan, biasanya penjual hewan kurban justru membludak saat tiga taau empat hari menjelang Hari H.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement