Senin 05 Sep 2016 16:54 WIB

Korban Penggusuran Rawajati Rela Tidur di Trotoar Berhari-hari

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Ani Nursalikah
Warga korban penggusuran permukiman yang berada di tepi jalur kereta api kawasan Rawajati mendirikan tenda seadanya di trotoar samping Apartemen Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (2/9). (Republika/Yasin Habibi)
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Warga korban penggusuran permukiman yang berada di tepi jalur kereta api kawasan Rawajati mendirikan tenda seadanya di trotoar samping Apartemen Kalibata, Jakarta Selatan, Jumat (2/9). (Republika/Yasin Habibi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses penertiban puluhan bangunan di kawasan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, terus berlangsung hingga hari ini. Berdasarkan pantauan, Senin siang (5/9), sejumlah truk dan alat berat masih sibuk membersihkan lokasi tersebut dari puing-puing bangunan setelah dieksekusi aparat Pemda DKI pada pekan lalu.

Puluhan petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) tampak berjaga-jaga di sekitar kawasan itu untuk mengawal proses pembersihan. Sementara, sejumlah warga korban penggusuran juga terlihat masih bertahan di dekat area bangunan yang dibongkar.

Salah satunya adalah Musrifah (58 tahun). Perempuan itu mengaku sudah beberapa hari belakangan ini tidur di trotoar depan kompleks apartemen Kalibata City. "Sejak penggusuran, Kamis (1/9) lalu, saya tidur di trotoar ini bersama suami, anak, dan cucu. Cuma beralaskan tikar dan bikin tenda seadanya. Kalau malam, kami sering diguyur hujan," ujar Musrifah saat ditemui Republika.co.id di lokasi, Senin (5/9).

Baca: Kakek Penderita Stroke Ini Telantar Saat Penggusuran Rawajati

 

Musrifah yang asli Semarang itu menuturkan, dia bersama keluarganya mulai menetap di Ibu Kota sejak 1991. Pada waktu itu, dia tinggal di kawasan Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan. Sekitar 10 tahun lalu, dia dan suaminya memutuskan pindah ke Rawajati (lokasi yang digusur Pemda DKI sekarang) dan membuka toko kelontong di situ.

Pada Kamis (1/9) lalu, toko yang ia tempati itu akhirnya dibongkar oleh petugas Satpol PP Pemda DKI lantaran dianggap berada di dalam zona hijau. Selain toko Musrifah, ada puluhan bangunan lain di kawasan itu yang ikut diratakan dengan tanah.

Musrifah mengaku kecewa dengan tindakan aparat tersebut. Pasalnya, menurut dia, penggusuran dilakukan tanpa ada pemberitahuan sebelumnya kepada para penghuni bangunan. Akibatnya, hanya sebagian dari barang-barang milik warga di situ yang bisa diselamatkan. Sementara, sebagian lagi ikut hancur bersama bangunan saat proses pembongkaran berlangsung.

"Tak ada ganti rugi yang kami terima. Kami ini diusir seperti ayam saja. Padahal kami ini warga yang punya KTP Jakarta," ujar ibu empat anak itu lirih.

Musrifah membenarkan, ada sebagian dari korban penggusuran di Rawajati yang memiliki rumah di daerah lain, seperti Cibubur Jakarta Timur dan Depok Jawa Barat. "Ada memang beberapa (warga korban penggusuran) yang punya rumah di tempat lain. Jadi, bangunan yang ada di (Rawajati) sini hanya mereka jadikan buat tempat usaha aja," ucap Musrifah.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement