REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) menggandeng pemerintah daerah di Bali mengembangkan Inpari Sidenuk, padi unggul hasil teknologi radiasi. "Kami kerja sama dengan pemda Bali untuk uji coba produk padi salah satunya Inpari Sidenuk unggulan Batan," kata Deputi Pendayagunaan Teknologi Nuklir Batan, Hendig Winarno ditemui usai pembukaan Konferensi Internasional terkait sumber radioaktif, Senin (5/9).
Rencananya pada Selasa (6/9) pihaknya menemui instansi terkait di Bali untuk membahas kerja sama tersebut. Dia menjelaskan bahwa Bali merupakan satu dari 24 provinsi di Tanah Air yang menjalin kerja sama untuk mendemonstrasikan dan mendiseminasikan produk unggulan tersebut.
Hendig mengatakan produk pertanian unggulan itu diklaim mampu meningkatkan produktivitas pertanian yakni menghasilkan tujuh hingga 11 ton per hektare. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan rata-rata produktivitas nasional yang mencapai 5,1 ton per hektare. Produktivitas tersebut disebabkan oleh bibit mendapatkan teknologi radiasi sehingga mengalami mutasi genetik.
"Kemudian dari mutasi itu akan muncul banyak dan itu akan kami pilih dan pilah sehingga dapat yang unggul," katanya.
Metode tersebut, lanjut dia, hampir sama dengan metode persilangan namun metode dengan radiasi lebih cepat mendapatkan produk baru yakni lima tahun sedangkan persilangan delapan tahun. Hendig mengaku produk unggulan hasil teknologi radiasi itu tidak diekpor melainkan untuk kepentingan dalam negeri.
Namun hasil dari Batan itu tidak langsung didapatkan petani secara langsung melainkan didistribusikan melalui dinas terkait atau produsen benih bersertifikat. "Karena ini benih induk nanti diturunkan lagi menjadi benih langsung tanam," ucapnya.
Batan telah memproduksi 21 varietas padi unggul dan 10 varietas kedelai, gandum, kacang hijau dan kapas. Sedangkan satu produk kacang tanah yang masih menunggu tanda tangan dari Kementerian Pertanian.