REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyidik Polda Metro Jaya memastikan peristiwa penganiayaan terhadap seorang penumpang busway Transjakarta yang dituduh mirip Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, Andrew Budikusuma (23 tahun) tidak terkait masalah politik. Hal ini berdasarkan pengakuan para pelaku.
"Tersangka merasa dicuekin saat mengajak korban bercanda," kata Kepala Subdirektorat Reserse Mobil Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Ajun Komisaris Besar Polisi Budi Hermanto di Jakarta, Kamis (1/9).
AKBP Budi juga menuturkan, motif pelaku mengucapkan kata "Ahok" kepada korban Andrew tidak bermaksud menyampaikan kebencian terhadap Gubernur DKI Jakarta itu. Hal itu, kata Budi, berdasarkan pengakuan sementara dari lima pelaku yang telah ditangkap anggota Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya.
Karena tidak ditanggapi saat diajak bercanda, para pria tidak dikenal itu kesal kemudian mengeroyok Andrew hingga terluka. Sementara itu, korban Andrew menduga para pelaku merupakan sindikat copet yang menyasar di busway maupun halte Transjakarta.
Andrew menyebutkan, pelaku tidak mengajak bercanda saat di atas busway, namun mencoba mendekati seperti akan mengambil barang. Andrew memuji anggota Polda Metro Jaya yang meringkus lima pelaku pengeroyokan berinisial MA (32 tahun), HBP (27), AR (21), DS (21) dan S (17) di wilayah Tambora Jakarta Barat pada Kamis (1/9), dinihari.
Kejadian berawal saat korban hendak pulang kerja menumpang busway Transjakarta di Halte Kuningan Jakarta Selatan pada Jumat (26/8), sekitar pukul 22.00 WIB. Sampai di Halte Senayan, beberapa penumpang tidak dikenal menghina Andrew dengan ucapan rasis berwajah mirip Ahok.
Awalnya, korban tidak menanggapi ucapan para pelaku itu namun petugas keamanan Transjakarta menyuruh Andrew dan para pria itu turun dari busway karena berbuat onar. Para pelaku itu mengeroyok Andrew saat turun di Halte Senayan hingga terluka pada bagian wajah, telinga dan mulut.