Kamis 01 Sep 2016 02:26 WIB

Pelaku Industri Bahas Masa Depan Gula di Yogyakarta

Rep: Yulianingsih/ Red: Yudha Manggala P Putra
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)
Foto: fxcuisine.com
Proses produksi gula dalam pabrik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pelaku industri dan ahli tentang gula di Indonesia melakukan pertemuan di Kota Yogyakarta. Melalui semiloka high level sugar policy beberapa direktur perusahaan gula, dan ahli gula membahas masa depan gula di Indonesia.

Menurut Ketua Pelaksana, Pugar Indriawan, ada 7 direktur umum BUMN produsen gula yang hadir dalam acara tersebut. Selain itu ada 3 perusahaan RNI dan tiga perusahaan swasta produsen gula yaitu Kebun Agung, Sugar Group dan Madu Baru. "Kegiatan ini juga menjadi ajang pemiihan pengurus Ikatan Ahli Gula Indonesia (IKAGI)," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Assosiasi Gula Indonesia (AGI), Agus Pakhpahan dalam kesempatan itu mengatakan, gula ini komoditi global. "Saat ini posisi Indonesia sebagai importir terbesar," katanya.

Eksportir gula terbesar di dunia adalah Brasil, Thaiand, Australia, India dan Cina. "Perkembangan ke depan posisi Cina Importir dan mengaandalkan dari Thailand termasuk Indonesia," katanya.

Menurut Agus, salah satu kendala pengembangan gula di Indonesia adalah belum adanya kepastian investasi jangka panjang berbasis tebu. "Kepastian itu diberikan melalui pengendalian impor. Dimana strategi ke depan harus terintegrasi antara gula untuk alkohol, gula, pakan ternak dan lain-lain," katanya.

Didik Prasetyo, Ketua IKAGI periode 2016-2019 mengatakan, jika akan meningkatkan industri gula maka harus ada peningkatan peran petani dengan menciptakan petani yang responsif. "Yaitu bagaimana meningkatkan petani yang responsif terhadap perubahan. Bagaimana petani jadi mitra pelaku produsen gula dan kta ajak untuk berdiskusi bersama," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement