REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Gerhana matahari cincin akan teramati selama 34 menit dari Kota Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu yang merupakan durasi gerhana terlama dari 124 wilayah kabupaten dan kota yang dilintasi pada 1 September 2016.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bengkulu, Sudiyanto di Bengkulu, mengatakan magnitudo gerhana matahari cincin (GMC) terbesar yang teramati di Indonesia adalah 0,066 di Kalianda, Provinsi Lampung.
"Magnitudo terbesar teramati dari Kalianda, Lampung, tapi durasi gerhana terlama teramati dari Manna, Bengkulu selama 34 menit 30,1 detik," kata Sudiyanto.
Menurut dia, kontak pertama GMC di wilayah Indonesia terjadi di Pacitan, Jawa Timur pada pukul 17 : 26 WIB untuk selanjutnya menyebar ke daerah lainnya. Sedangkan puncak gerhana pertama kali teramati di Seai, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat pada pukul 17.52 WIB untuk selanjutnya menyebar ke lokasi lainnya di Sumatera.
Setelah puncak gerhana ini, matahari pun terbenam di semua kota di Lampung, serta di beberapa kota di Sumatera Selatan dan Bengkulu. "Kontak terakhir juga teramati di Bengkulu, tepatnya dari Kepahiang pada pukul 18.06 WIB," kata dia.
Selain Kepahiang dan Manna, GMC juga teramati dari sejumlah daerah lainnya di Bengkulu antara lain Argamakmur, Karang Tinggi, Kota Bengkulu, Curup, dan Bintuhan yang berbatasan dengan Provinsi Lampung.
Gerhana matahari adalah peristiwa ketika terhalanginya cahaya matahari oleh bulan sehingga tidak semuanya sampai ke bumi. Jalur cincin GMC pada 1 September 2016, ditandai oleh dua garis merah yang berdekatan, dapat diamati di Samudra Atlantik, Afrika bagian tengah, Madagaskar, dan Samudra Hindia.
Untuk wilayah Indonesia, menurut BMKG, gerhana dapat diamati dari 124 kota dan kabupaten di 10 provinsi, yaitu Sumatera Barat bagian Selatan, Bengkulu, Sumatera Selatan bagian Tenggara, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur bagian Barat.
"Gerhana dapat diamati dengan syarat kondisi cuaca cerah. Apalagi terjadinya menjelang malam jadi sangat rawan tertutup awan," kata Sudiyanto.
Ia mengimbau masyarakat yang ingin mengamati gerhana agar menggunakan alat pengaman berupa kacamata hitam atau perangkat lain guna melindungi mata dari dampak buruk kontak langsung dengan matahari.