Rabu 31 Aug 2016 08:27 WIB

Surabaya Dialiri Air dari Umbulan pada 2019

Rep: Binti Sholikah/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang warga mencuci dengan memanfaatakan sumber air Umbulan di Winongan, Pasuruan, Jawa Timur.
Foto: antara/musyawir
Seorang warga mencuci dengan memanfaatakan sumber air Umbulan di Winongan, Pasuruan, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, PASURUAN – Warga Kota Surabaya dapat menikmati sumber air dari Umbulan melalui proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Umbulan, pada awal 2019. Proyek ini rencananya direalisasikan pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.

SPAM Umbulan merupakan proyek yang dikerjakan dengan skema Publik Private Partnership (PPP) atau kerjasama antara pemerintah daerah dengan swasta. Air dari proyek SPAM Umbulan ini akan didistribusikan ke lima kabupaten/kota, yakni Kota Surabaya sebanyak 1.000 liter per detik, Kabupaten Pasuruan 410 liter per detik, Kota Pasuruan 110 liter per detik, Kabupaten Sidoarjo 1.200 liter per detik, dan Kabupaten Gresik 1.000 liter per detik. Diperkirakan, sebanyak 1,3 juta jiwa dari lima kabupaten/kota tersebut akan manikmati sumber air Umbulan ini.

Manajer Senior Pengembangan Perusahaan PDAM Surya Sembada Kota Surabaya, Dody Soedarjono, mengatakan, rencananya tahun 2019 warga Kota Surabaya bisa menikmati air dari mata air yang telah ditemukan sejak 1915 tersebut.

“Saat ini yang dimanfaatkan oleh PDAM Surya Sembada hanya 110 liter per detik saja,” kata Dody kepada wartawan di sela-sela kunjungan ke instalasi sumber air Umbulan, Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, Selasa (30/8).

Ia menambahkan, PDAM Pasuruan juga memanfaatkan sumber air ini dengan kapasitas 65 liter per detik. Padahal kapasitas yang dikeluarkan oleh sumber air Umbulan sekitar 5.000 liter per detik. Sisanya, meluber begitu saja ke Sungai Rejoso menuju laut.

Menurutnya, sejak proyek pembangunan pipa jaringan, pompa dan aksesorisnya untuk mengalirkan air Umbulan ke Kota Surabaya pada 1932, hingga saat ini tidak pernah dilakukan pengembangan apapun terkait pemanfaatan sumber air Umbulan.

“Sebelum 2010 warga Kota Surabaya dapat menikmati air ini. Namun saat ini sudah tidak dapat menikmatinya lagi. Hal ini dikarenakan pertumbuhan penduduk yang pesat sehingga air tersebut habis sampai di Sidoarjo,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement