REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbaikan dan pembenahan Candi Borobudur dan Prambanan akan terus dilakukan demi mengingkatkan jumlah wisatawan. Namun perbaikan situs warisan budaya dunia ini tidak boleh sembarangan.
“Sekarang ini melalui gagasan presiden, kita sudah bentuk badan otoritas Candi Borobudur dan Prambanan,” ungkap Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nadjamuddin Ramly di Gedung A, Kemendikbud, Selasa (30/8).
Hal ini berarti perbaikan bangunan bersejarah ini tidak boleh dilakukan sembarang orang. Menurut Nadjamuddin, arkeolog senior menjadi pihak yang paling dibutuhkan dalam proses ini. Sebab, hanya mereka yang memahami benar batu-batu khusus yang usianya telah ratusan tersebut. Mereka tentu memiliki pengetahuan cara tepat merawat tonggak utama dari candi-candi ini.
Untuk mempertahankan keberlangsungan warisan dunia ini, Kemendikbud tidak hanya akan memasang closed circuit television (CCTV) dari tangan-tangan jahil. Namun jumlah pengunjung nantinya akan dibatasi. Apalagi informasi menyebutkan bangunan bersejarah itu bertambah turun akibat tanah yang semakin tergerus.
“Kalau yang naik 2.000 orang terus yang turun 10 orang, tanahnya makin tergerus. Bebannya kan jadi semakin berat. Untuk itu diketatkan, misalnya 100 orang boleh naik kalau 100 pengunjung sebelumnya sudah turun,” tegas dia.
Izin syuting, peliputan dan konser pun akan semakin diperketat. Jika tidak diterapkan seperti ini, Nadjamuddin khawatir, candi-candi ini hanya sekadar sejarah tanpa bukti nyata di masa mendatang.