REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Sebanyak 716 Kepala Keluarga di Kecamatan Bonai Darussalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau yang sebelumnya sempat mengungsi akibat kabut asap kebakaran hutan dan lahan Riau beberapa hari lalu pada Senin (29/8) ini telah kembali ke kediaman masing-masing.
"Hari ini ratusan warga yang sempat mengungsi telah kembali. Informasi yang kita terima, seluruh warga dalam keadaan sehat dan tidak terpapar penyakit akibat asap," kata Kepala Bidang Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo di Pekanbaru.
Dia mengatakan, ratusan warga tersebut pada Sabtu (27/8) sempat diungsikan ke lokasi yang lebih aman setelah kabut asap akibat Karhutla menyebar ke rumah-rumah warga. Mereka diungsikan ke sebuah lapangan yang berjarak sekitar 4 kilometer dari perumahan asal.
Ia mengatakan, seluruh warga itu tidak hanya berasal dari satu kecamatan, melainkan tiga kecamatan di tiga kabupaten berbeda. Wilayah tersebut meliputi Kecamatan Pujud, Kabupaten Rokan Hilir dan Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis. Ketiga wilayah itu memang saling berdekatan dan ratusan penduduk menyebar di tiga kecamatan tersebut.
Ia menambahkan, dari seluruh pengungsi itu, 19 diantaranya merupakan ibu-ibu yang dalam kondisi hamil. Namun, ia memastikan seluruhnya dalam kondisi sehat dan tidak terdampak akibat kabut asap.
Sementara itu, meski mayoritas warga telah diungsikan dan lahan yang terbakar berhasil diatasi, ratusan personil gabungan TNI, Polri, BPBD, Manggala Agni dan masyarakat masih bersiaga jika kembali muncul titik api baru. "Petugas dilaporkan tetap bersiaga sebagai antisipasi muncul titik api baru. Kita berusaha mencegah kabut asap kembali lagi," ujarnya.
Lebih jauh, ia mengatakan polisi terus menyelidiki lokasi kebakaran tersebut. Dilaporkan, kebakaran mencapai puluhan hektare yang mayoritas terjadi di lahan masyarakat dan berdampingan dengan lahan perusahaan PT APSL.
Kabut asap yang terjadi pada Sabtu lalu tersebut merupakan akibat dari kebakaran lahan yang terjadi sejak Senin (22/8) awal pekan. Namun, kabut asap yang terjadi pada saat itu merupakan yang paling buruk lantaran kebakaran terus meluas sementara proses pendinginan menimbulkan asap tebal.
Terlebih lagi, angin kencang bertiup ke arah pemukiman penduduk sehingga mereka harus segera dievakuasi untuk mencegah terdampak infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).
Dalam menanggulangi kebakaran, petugas TNI, Polri, BPBD dan Manggala Agni yang tergabung dalam Satgas siaga darurat Karhutla terus berupaya menggempur api dengan air. Pangkalan TNI AU yang menjadi basis Satgas Udara menyiagakan 4 Heli pengebom air berkapasitas 4.000-5.000 liter dan dua pesawat air tractor (AT) berkapasitas 3.100 liter air.