Senin 29 Aug 2016 19:39 WIB

Indonesia Miliki Lahan Tropis Nomor Dua Terbesar di Dunia

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Winda Destiana Putri
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Sandjojo
Foto: Ist
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Sandjojo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Eko Sandjojo mengatakan, Indonesia akan mampu menjadi negara penghasil pangan dunia dengan memberdayakan produksi pangan di desa-desa. Sebab Indonesia memiliki lahan tropis yang sangat luas, yakni nomor dua terbesar di dunia setelah Brasil.

"Lahan tropis terbesar di Indonesia bisa ditanami berbagai jenis tanaman pangan. Brasil dengan memberdayakan lahan tropis dengan mengaktifkan lahan-lahan pertanian, bisa bangkit menjadi negara dengan perekonomian nomor lima terbesar di dunia mengalahkan Inggris dan Prancis," katanya, Senin,(29/8).

Indonesia bisa lebih dari itu. Indonesia tidak hanya memiliki lahan tropis terbesar nomor dua di dunia, Indonesia juga memiliki garis pantai nomor dua terbesar di dunia setelah Kanada. Jadi banyak produk dari laut dan pantai yang bisa diberdayakan seperti tambak, garam, ikan, rumput laut, dan lain-lain.

Menurut Eko, jika semua elemen negara bekerja sama untuk memanfaatkan potensi tersebut akan menjadi kekuatan ekonomi yang akan diperhitungkan dunia. Bahkan sekarang, Indonesia telah berada pada peringkat ke-16 ekonomi dunia.

"Seratus Juta lebih angkatan kerja bekerja di Indonesia. Kalau kita berdayakan untuk bercocok tanam di sektor pertanian, perikanan dan peternakan yang mampu memberikan income rata-rata Rp 2 juta saja per bulan bagi masyarakat desa, maka uang yang beredar di masyarakat desa dalam satu bulan bisa mencapai Rp 200 triliun," terangnya.

Indonesia saat ini memiliki sebanyak 74.754 desa. Di mana tiap desa memiliki karakter dan keunikan yang berbeda pula. Namun ada satu kesamaan, bahwa mayoritas desa penghasilannya melalui bercocok tanam, peternak dan nelayan.

Meskipun banyak desa yang sudah memiliki produk unggulan. Namun masih banyak juga yang belum punya produk unggulan. Produk unggulan harus besar dan terintegerasi.

Selain itu, terang Eko, untuk mendukung program pengembangan produk unggulan diperlukan sarana pascapanen. Melalui sarana tersebut, hasil pertanian yang melimpah dapat disimpan dan diolah sehingga dapat menjadi pengendali keseimbangan harga.

Namun keterbatasan pemerintah yang belum bisa menyediakan sarana pascapanen dalam waktu dekat. Maka penyediaan sarana pascapanen juga akan melibatkan seluruh elemen termasuk pengusaha.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement