REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi III DPR RI, Asrul Sani menyatakan pentingnya deradikalisasi terorisme pada anak-anak. Peristiwa teror bom di gereja Katolik Statis Santa Yosep Jl Dr Mansyur, Medan Selayang yang dilakukan anak-anak, menjadi bukti, bibit-bibit pelaku teror sudah tertanam dalam diri anak-anak.
"Justru dari sejak anak-anak malah deradikalisasi ini harus ditanamkan," kata Asrul saat dihubungi Republika, Senin (29/8).
Peristiwa bom Medan juga menurutnya harus menyadarkan seluruh masyarakat tentang kewajiban menjalankan berbagai bentuk deradikalisasi untuk menghindarkan anak-anak dari bebagai kegiatan teror. Namun begitu, pemerintah,dalam hal ini Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berada di garda depan melakukan deradikalisasi.
"Kita sama-sama berkewajiban untuk melakukan berbagai bentuk kegiatan deradikalisasi dan pemerintah atau BNPT harus di depan. Apalagi diberi anggaran yang cukup oleh DPR," ucap Asrul.
Sebelumnya, percobaan bom bunuh diri terjadi di gereja Katolik Statis Santa Yosep di Jl Dr Mansyur, Medan, Ahad (28/8) sekitar pukul 08.30 WIB. Selain itu, pelaku juga melakukan penyerangan terhadap pastor Albert S Pandingan (60) yang sedang berkhotbah di gereja tersebut.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian telah menurunkan tim penyidik dari Mabes Polri untuk melakukan penyidikan atas aksi teror bom tersebut. Diduga pelaku percobaan bom bunuh diri adalah Ivan Armadi Hasugian yang masih kategori anak-anak karena belum sampai berumur 18 tahun.