Ahad 28 Aug 2016 10:39 WIB

HNW: Pemikiran Nurcholish Madjid Perlu Terus Dikembangkan

Rep: Eko Supriyadi/ Red: M Akbar
Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Wakil Ketua MPR, Hidayat Nur Wahid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengatakan, ide dari Nurcholish Madjid cukup banyak seperti ide soal Keislaman, Keindonesian, dan Kemodernan. Ia menyatakan, di tahun 1970-an, Nurcholish Madjid pernah mengatakan "Islam Yes, Partai Islam No'. Namun, di awal reformasi,  Nurcholish Madjid justru mengatakan sebaliknya, yaitu 'Islam Yes, Partai Islam Yes.

''Itu ide yang cerdas, penting, relevan untuk terus dihidupkan dan dikembangluaskan,'' kata Hidayat, saat berkumpul dengan akademisi, cendikiawan, tokoh agama, politisi, mahasiswa, dan pengamat politik, di Jakarta, Sabtu (27/8).

Mereka berkumpul di tempat itu untuk memperingati hari ulang tahun (haul) almarhum Nurcholish Madjid. Nurcholish Madjid adalah seorang cendikiawan dan pembaharu Islam yang pemikirannya monumental dan kiprahnya diterima oleh semua golongan.

Dalam acara itu, masing-masing undangan menyampaikan kesan-kesannya tentang sosok Nurcholish Madjid. Dalam kesan-kesannya, Menurut Hidayat, pendapat Nurcholish Madjid yang terakhir menunjukkan bahwa, antara Keindonesiaan, Keislaman, dan Kemodernan dan partai politik saling mendukung. "Indonesia itu gabungan dari itu semua," ujarnya.

Politisi PKS itu menambahkan, ketika Nurcholish Madjid mengatakan 'Partai Islam Yes', bukan berarti ia mendikotomikan dengan partai nasionalisme. Di awal reformasi, undang-undang membolehkan partai yang berhaluan agama, berbasis gender, dan suku. Sehingga, partai berlatar apa saja boleh selama sesuai peraturan perundangan.

Ide Nurcholish Madjid soal pluralisme yang sempat heboh saat itu, ditanggapi oleh Hidayat bahwa ide itu merupakan bagian dari pemahaman Nurcholish Madjid tentang Ketuhanan yang Maha 0esa. Ia meniali, Indonesia itu memang plural, oleh karenanya pluralisme di Indonesia dibingkai dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Untuk menerjemahkan ide pluralisme di tingkat lapangan, lanjut Hidayat, diperlukan jiwa-jiwa yang mampu menghadirkan toleransi dan dapat menghargai yang lain. Dari ide itulah maka Nurcholish Madjid bisa berteman dengan siapa saja.

"Jiwa seperti itu merupakan jembatan yang perlu diperkokoh," ucap dia.

Sebagai sesama alumni Pondok Pesantren Gontor, Hidayat menyatakan, ide-ide dari Nurcholish Madjid merupakan pendidikan yang diberikan di Gontor dalam soal pluralisme, toleransi, dan menghargai perbedaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement