REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kabupaten Bandung mengklaim nilai investasi di berbagai sektor terus mengalami kenaikan hingga 2015. Nilai investasi pada tahun ini pun diyakini mampu melampaui capaian pada tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Bandung Ruli Hadiana menuturkan nilai investasi yang masuk ke Kabupaten Bandung cenderung naik dari tahun ke tahun. Walaupun, sempat ada penurunan pada 2014.
"Alhamdulillah, investasi yang masuk ke kita terus naik sejak 2011 lalu. Tapi memang sempat turun pada 2014, tapi tidak signifikan karena mampu bangkit kembali pada 2015-nya," tutur dia, Jumat (26/8).
Ruli menjelaskan, pada 2011 total investasi yang masuk yakni sebesar Rp 3,2 triliun. Lalu pada 2012 sebesar Rp 6,3 triliun, 2013 mencapai Rp 8,2 triliun, 2014 menurun menjadi Rp 6,2 triliun, dan 2015 naik kembali menjadi Rp 9,4 triliun.
"Kenaikan nilai investasi ini berdampak positif pada semua lini. Ke APBD, PAD kita, hingga ke IPM (Indeks Pembangunan Manusia) kita. Di sisi lain, kegiatan usaha para investor terus berjalan, memberikan kontribusi," ujar dia.
Namun, Ruli juga meminta kepada seluruh pelaku usaha di Kabupaten Bandung untuk secara rutin memberikan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM). Sebab, diakui dia, tidak semua pengusaha mengirimkan LKPM kepada pihak BPMP.
"Tidak semua perusahaan menyerahkan LKPM tahunan ini, jadi kesadarannya memang masih kurangn" ujar dia.
Ruli menambahkan, total penanaman modal asing (PMA) pada 2015 senilai Rp 3,4 triliun dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 5,9 triliun. Sedangkan jumlah proyek secara keseluruhan tercatat ada sebanyak 2.698 yang menyerap tenaga kerja lokal sampai 66 ribu orang dan tenaga kerja asing sebanyak 144 orang.
Sektor yang paling dominan memberikan kontribusi pada kenaikan nilai investasi yaitu dari sektor sekunder, misalnya sektor tekstil, industri makanan, kimia, karet, plastik, logam, mesin dan elektronika. Persentasenya, 95,11 persen dari sektor sekunder, sektor primer 0,63 persen, dan sektor tersier 4,26 persen.
"Itu di luar investasi di bidang migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank, sewa guna usaha, dan investasi lain yang izinnya itu dikeluarkan dari instansi teknis," ujar dia.
Ruli juga memaparkan, saat ini Dayeuhkolot menjadi lokasi usaha yang paling dominan meraih investasi dengan nilai total Rp 2,7 triliun. Di bawah Dayeuhkolot, nilai investasi terbesar kedua berada di kecamatan Pameungpeuk dengan Rp 1,7 triliun. Selain dua itu, nilai investasi di Cicalengka sebesar Rp 670,3 miliar dan Kertasari senilai Rp 1,2 miliar.