Kamis 25 Aug 2016 21:22 WIB

LIPI dan PLN Diskusi Limbah Batu Bara Terhadap Lingkungan

Rep: Rossi Handayani / Red: Winda Destiana Putri
Batubara
Foto: Geokem.com
Batubara

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Perusahaan Listrik Negara (PLN) melakukan Focus Group Discussion (FGD), terkait pemanfaatan limbah batu bara untuk pembangunan infrastruktur nasional di Puspitek Serpong, Kamis (25/8). Dalam kesempatan ini hadir beberapa ahli untuk membahas limbah dalam beragam aspek, diantaranya, lingkungan, hukum, pemanfaatan dan bisnis.

Ketua Focus Group Discussion, Nurul Taufiqu Rochman mengatakan, agenda kali ini sebagai tindak lanjut atas apa yang telah dilakukan LIPI sejauh ini. Permasalahan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) atau limbah batu bara, menjadi masalah bersama, tidak hanya untuk satu kepentingan.

Ia menyayangkan, karena selama ini FABA masih dianggap sebagai Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Apabila FABA masih dianggap beracun, maka ini akan menjadi masalah besar, bukan hanya bagi Indonesia tapi, juga bumi.

"Diskusi ini perjalanan kami saja sebagai acuan profesi untuk melangkah ke depan. Ayo kita duduk bareng untuk pembangunan. Kami mengkaji lebih dalam FABA masuk apa. Topik ini masalah sekarang dan disini, ini masalah besar," kata Nurul di Puspitek Serpong, Kamis (25/8).

Adapun batu bara yang ada, jumlahnya melimpah di Indonesia, hingga mencapai 61,3 miliar ton. Cadangannya mencapai 6,7 miliar ton dan digunakan sebagai sumber energi. Di samping itu,  jumlah limbah batu bara semakin meningkat, seiring meningkatnya jumlah pemanfaatan.

Sekitar lima persen dari batu bara sendiri adalah abu. Sehingga setiap 3.000 ton batu bara yang dibakar, dari pembangkit listrik 200 megawatt, menghasilkan sekitar 150 ton abu.

Diskusi limbah batu bara ini akan berlangsung selama dua hari, hingga Jumat (26/8), yang melibatkan Badan Usaha Milik Daerah Tangerang Selatan, Dinas Tata Kota, Industri, perusahaan jasa, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Universitas Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia dan lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement