REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Mantan menteri yang juga Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia Prof Soebroto mengatakan Kota Bogor berpeluang menjadi kota termaju dan berkembang dalam pembangunan.
"Ada 10 syarat bagi negara atau daerah yang punya potensi maju, dan Kota Bogor memiliki 10 syarat tersebut," kata Soebroto, saat menghadiri Workshop Pengukuran Kemiskinan di Kota Bogor oleh Universitas Oxford, di Balai Kota Bogor, Selasa (23/8).
Menteri pada era Presiden Soeharto itu menyebutkan, 10 syarat daerah berpotensi maju tersebut yang pertama adalah kepemimpinan. "Adanya pemimpin yang mempunyai keyakinan memajukan daerahnya dan mampu menyemangati bangsanya," katanya.
Syarat berikutnya, lanjut Soebroto, yakni daerah yang berpotensi maju adalah sumber daya manusia atau penduduk yang siap dipimpin oleh pemimpin yang progresif untuk maju. "Syarat ketiga yakni daerah tersebut letaknya strategis, sehingga perkembangnya ke depan akan baik," katanya lagi.
Syarat keempat, lanjutnya, daerah tersebut memiliki tingkat inflasi yang rendah, sehingga masyarakatnya dapat memenuhi kebutuhan dan tidak mengalami kesulitan dalam akses pangan. Syarat kelima, daerah tersebut tidak memiliki utang yang terlalu besar, mempunyai suatu kemampuan sendiri dalam menghasilkan pendapatan daerah.
"Syarat berikutnya, daerah tersebut terkenal sebagai daerah progresif. Kota Bogor tidak hanya terkenal sebagai Kota Hujan, tapi kini jadi sentra kuliner," katanya pula.
Karena itu, lanjut Soebroto, ketika anak didiknya yang sedang menempuh studi doktoral di Universitas Oxford yang berkedudukan di Inggris ingin melakukan penelitian tentang pemetaan kemiskinan di Indonesia, ia memilih Kota Bogor sebagai daerah yang memenuhi 10 kriteria tersebut.
"Semua daerah yang memenuhi kebutuhan dalam penelitian ini adalah Kota Bogor. Saya mendukung anak didik saya meneliti di Bogor," kata Soebroto yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi itu pula.
Soebroto yang kini berusia 92 tahun menyebutkan, pemilihan Kota Bogor dengan penuh pertimbangan, mulai dari studi permulaan yang menentukan Bogor salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi untuk maju. "Modal utama dalam pembangunan adalah orangnya. Manusianya dilihat dari sejarahnya. Tanah Priangan, Bogor tempat yang dinamikanya besar sekali," kata dia.
Soebroto kembali menekankan bahwa penentu kemajuan suatu bangsa atau daerah adalah orang-orang yang ada di dalamnya. "Yang terpenting ada pemimpin yang dapat memberikan arahan, caranya menggerakkan masyarakatnya untuk mau dipimpin ke arah perubahan," katanya lagi.
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menyatakan, paparan yang disampaikan Prof Soebroto sebagai masukan yang luar biasa bagi Pemerintah Kota Bogor dalam menentukan arah pembangunan.
Ia mengatakan, penelitian tentang pengukuran kemiskinan yang dilakukan Oxford ada kaitannya dengan mimpi Kota Bogor dalam mengentaskan kemiskinan. "Kota Bogor memiliki enam prioritas program, salah satunya pengentasan kemiskinan. Tetapi kendala yang sering kami temukan adalah tidak sinkron data di lapangan dan fakta yang ada," katanya.
Bima menambahkan, penelitian tersebut sejalan dengan program pemerintah, sehingga bermanfaat sebagai landasan dalam pengentasan kemiskinan dan pengambilan kebijakan.
Workshop Pengukuran Kemiskinan di Kota Bogor merupakan penelitian dari Putu Geniki Lavinia Natih mahasiswi doktoral Universitas Oxford, sekaligus tindaklanjut dari cikal bakal kerja sama yang akan diinisiasi antara Pemerintah Kota Bogor dan Oxford.
Hasil dari workshop ini akan diolah sebagai data dalam penelitian disertasi Geniki, dan akan dilanjutkan dengan mengundang Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto sebagai dosen tamu di Universitas Oxford. "Undangan sebagai dosen tamu sudah saya serahkan kepada wali kota, kemungkinan berangkat sebelum Desember ini," kata Geniki pula.