REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNGPINANG -- Pengemudi perahu pompong yang tenggelam di sekitar perairan Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang, ibu kota Kepulauan Riau, tidak menyediakan pelampung.
"Ini menjadi pelajaran berharga. Keselamatan penumpang pompong harus menjadi perhatian," kata Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Kepri Reni Yusneli saat melayat korban yang meninggal dunia di RSUD Tanjungpinang, Ahad (21/8).
Dia mengatakan, sebenarnya setiap sosialisasi keselamatan penumpang kapal dan pompong, pemerintah selalu mengingatkan wajib menyiapkan alat keselamatan penumpang. Salah satunya pelampung. Tetapi sayangnya, pemilik pompong kurang memperhatikan hal tersebut.
"Meskipun jarak Penyengat dan Tanjungpinang itu dekat, tetap saja jika terjadi gelombang angin atau badai selalu mengakibatkan tenggelamnya pompong yang memakan korban penumpangnya. Oleh karena itu musibah ini kiranya bisa dijadikan pelajaran agar tidak terulang lagi," katanya.
Sekitar pukul 09.00 WIB, Said, pengemudi perahu pompong membawa sebanyak 16 orang dari pelabuhan menuju Pulau Penyengat. Perahu kayu berukuran kecil itu biasanya hanya mengangkut sebanyak 15 penumpang.
Sekitar tujuh menit perjalanan, mesin pompong mendadak mati, kemudian hidup lagi dan kapal perlahan-lahan tenggelam. Dua orang berhasil diselamatkan, masing-masing seorang penumpang dan pengemudi pompong mendapat pelampung dari petugas MV Baruna. Sedangkan 10 penumpang lainnya meninggal dunia dan 5 orang masih dalam pencarian.
Terkait insiden itu, Reni mengatakan, Pemprov Kepri mengucapkan turut berduka cita. "Dengan musibah ini diharapkan pemerintah dan instansi pelayaran atau 'stakeholder' harus benar-benar memikirkan pelayanan dan keselamatan masyarakat pemakai jasa pompong. Harus ada regulasi yang mengatur keselamatan masyarakat yang bergerak dari pulau ke pulau khususnya Tanjungpinang-Pulau Penyengat," tegasnya.