Ahad 21 Aug 2016 16:09 WIB

Di Sukabumi, Harga Daging Sapi tak Turun Sejak Lebaran

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Achmad Syalaby
Seorang pedang daging sapi melayani pembeli, di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (4/7). Pasca Lebaran harga daging sapi masih stabil Rp 130.000 ribu per kilogram. (Mahmud Muhyidin)
Foto: Mahmud Muhyidin
Seorang pedang daging sapi melayani pembeli, di Pasar Kosambi, Kota Bandung, Senin (4/7). Pasca Lebaran harga daging sapi masih stabil Rp 130.000 ribu per kilogram. (Mahmud Muhyidin)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI—Harga komoditas daging sapi di pasar tradisional Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat masih tinggi. Dampaknya, omzet penjualan daging sapi masih minim.

“Harga sapi belum mengalami penurunan,’’ ujar salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Semimodern Cisaat, Kecamatan Cisaat, Asep Subaedi (49 tahun), Ahad (21/8).

Saat ini harga daging masih dijual pada kisaran Rp 120 ribu per kilogram. Tingginya harga ungkap Subaedi, tetap bertahan dari sejak lebaran lalu. Kenaikan harga tersebut disebabkan harga dari distribustor masih tinggi.

Menurut Subaedi, para pedagang kebanyakan mengurangi stok daging sapi yang dijual. Ketika tidak laku dijual maka daging sapi tersebut masih bisa disimpan di lemari pendingin.

Subaedi menerangkan, dalam sehari rata-rata ia mampu menjual daging sapi sebanyak 40 kilogram. Para pembeli mayoritas adalah pelanggan seperti pedagan bakso. Sementara stok daging yang ada di lapaknya mencapai 50 kilogram per hari.

Pedagang daging sapi lainnya di Pasar Cibadak, Kecamatan Cibadak Suhendi (48) menambahkan, harga daging sapi diperkirakan akan tetap tinggi hingga Idul Adha mendatang. "Meskipun ada kurban, tapi harga daging sapi tidak mengalami penurunan,’’ imbuh dia.

Akibatnya, ungkap Suhendi, omzet penjualan pun tidak akan mengalami peningkatan. Diperkirakan, kata dia, akan terjadi penurunan karena banyak orang yang berharap pada pembagian daging kurban. Salah seorang warga Cibadak, Nandar (32 tahun) mengatakan, tingginya harga daging sapi menyebabkan warga sulit menjangkaunya. "Katanya pemerintah mau menurunkan harga hingga Rp 80 ribu per kilogram, tapi faktanya tidak terjadi,’’ keluh dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement