Sabtu 20 Aug 2016 11:01 WIB

Pesawat Jatuh di Tasikmalaya tak Dilengkapi Perekam Data Penerbangan

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) memeriksa bangkai pesawat latihan jenis Piper PA 28  yang jatuh di pesawahan di Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (19/8).  (
Foto: Fuji EP/Republika
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (INAFIS) memeriksa bangkai pesawat latihan jenis Piper PA 28 yang jatuh di pesawahan di Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, Kamis (19/8). (

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Puing-puing pesawat latihan jenis Piper PA 28 milik Perkasa Flight School yang jatuh di Tasikmalaya sudah diangkut untuk diamankan.

Kasubkom Penelitian dan Investigasi Kecelakaan Penerbangan, Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT), Masruri mengatakan berdasarkan hasil pemeriksaan sementara, pesawat itu tidak dilengkapi flight data recorder/perekam data penerbangan (FDR) dan cockpit voice recorder/perekam suara kokpit (CVR). Menurut regulasi yang ada di Indonesia, saat ini pesawat jenis itu belum diwajibkan memiliki FDR dan CVR. 

Menurut Masruri, meski tidak dilengkapi FDR dan CVR, tidak akan mempersulit proses investigasi. Tapi, kalau ada FDR dan CVR akan lebih mudah memeriksanya. "Hasil penelitian nanti, masih banyak yang harus dikerjakan," kata Masruri kepada Republika.co.id, Jumat (19/8).

Pada Jumat (19/8) sekitar pukul 15.25 WIB, puing-puing pesawat yang sudah dipotong-potong diangkut warga, TNI, Polri, BPBD, dan Basarnas dari sawah ke mobil milik TNI AU. Puing-puing tersebut diangkut untuk dibawa ke Lapangan Udara (Lanud) Wiriadinata Tasikmalaya. Rencananya puing-puing dan mesin pesawat akan diperiksa lebih lanjut.

Sebelumnya, Piper PA 28 milik Perkasa Flight School jatuh ke area pesawahan di Dusun Pasir Kujang, Desa Kujang, Kecamatan Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya pada Kamis (18/8). Ketiga awak pesawat selamat dalam peristiwa tersebut. Mereka hanya mengalami luka-luka dan syok.

Salah satu awak pesawat sekaligus siswa Perkasa Flight School, Muhamad Arief Rafidan (20 tahun) mengatakan mesin pesawat mendadak mati di ketinggian 1.000 meter. Kemudian pesawat terasa bergetar. Awak pesawat mencoba segala cara untuk menghidupkan mesin pesawat.

"Kemudian pesawat terbang mengikuti sungai mencari lokasi untuk mendarat darurat, kemudian pesawat jatuh ke sawah, sebelumnya sempat menabrak pohon kelapa," kata Arief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement