REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Virtus Technology Indonesia, penyedia solusi infrastruktur TI dan anak perusahaan PT Computrade Technology International (CTI Group) kembali menyelenggarakan Virtus Showcase 2016 untuk menjawab tantangan industri di bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Mengangkat tema The Essential Challenge in Digital Era tujuannya untuk membantu industri mengidentifikasi tantangan dan permasalahan yang berpotensi terjadi dalam proses bisnis bertransformasi ke arah digital.
Direktur Virtus Technology Indonesia Christian Atmadjaja mengatakan, dalam bertransformasi digital perusahaan dituntut untuk dapat mengubah model bisnis menjadi lebih efisien.
"Menyusun strategi efektif yang mampu menghadirkan value baru serta mengimplementasikan teknologi yang tepat," katanya, Rabu (17/8).
Perusahaan, ujar dia, juga menghadapi berbagai tantangan yang hadir selama proses transformasi ini berlangsung. Melalui Virtus Showcase, pihaknya ingin membantu para profesional bisnis dan TI di Indonesia dalam pemilihan teknologi untuk menemukan peluang pasar yang baru di tengah kondisi perekonomian yang semakin disetir oleh empat pilar digital yaitu cloud computing, social media, big data analytics, dan mobility.
Perusahaan juga dituntut menentukan strategi yang tepat untuk mengatasi berbagai tantangan dan meminimalisir risiko yang timbul.
Guna merespon kebutuhan industri dalam mengadopsi teknologi digital, Virtus berkomitmen menyajikan portfolio produk dan solusi mencakup empat pilar digital ditambah solusi network dan security untuk membantu para pelanggan memaksimalkan proses transformasi di organisasi mereka.
"Pelanggan akan mendapatkan layanan lengkap mulai dari tahap perencanaan, pengimplementasian hingga pemeliharaan solusi melalui perpaduan pengalaman, dukungan engineer bersertifikat internasional, dan fasilitas technology center," kata Christian.
Studi yang dilakukan Deloitte mencatat enam tantangan yang paling sering dialami oleh perusahaan dalam proses transisi ke arah digital.
Tantangan tersebut di antaranya banyaknya prioritas perusahaan yang saling bertentangan, faktor biaya, masalah keamanan, strategi yang lemah, minimnya responsivitas terhadap perubahan dan peluang, serta kemampuan teknis yang kurang memadai.
Managing Director Dell Indonesia Catherine Lian mengatakan, teknologi memungkinkan organisasi menyusun dan melaksanakan strategi TI yang future ready, sekaligus membantu mereka mendapatkan manfaat lebih di era digital ini. Dengan teknologi, perusahaan dapat bergerak lebih lincah, terhubung lebih baik dengan sumber daya manusia dan barang.
"Perusahaan mendapatkan masukan untuk mengambil keputusan yang lebih baik, dan melindungi data-data penting yang didapat dari hasil peningkatan digitalisasi," ujar Catherine.
Sebagai satu-satunya penyedia solusi dan layanan TI terintegrasi, Dell berada di tengah-tengah perubahan paradigma ini. Pihaknya memiliki solusi lengkap untuk membantu pelanggan dalam perjalanan digital mereka.
"Meskipun transformasi digital telah menjadi prioritas sebagian besar perusahaan di dunia, tingkat kesadaran akan pentingnya keamanan informasi masih relatif rendah. Sebuah studi mencatat bahwa mayoritas pelanggaran keamanan informasi disebabkan oleh human error dan penyimpangan yang dilakukan karyawan," kata Catherine.