Selasa 16 Aug 2016 14:40 WIB

2 Jurnalis Jadi Korban Tentara, Pimpinan TNI Diminta Bertanggung Jawab

Rep: Issha Harruma/ Red: Achmad Syalaby
Kartu pers wartawan Indonesia (ilustrasi)
Foto: portaliga.com
Kartu pers wartawan Indonesia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Sekitar seratus jurnalis dari berbagai media menggelar aksi unjuk rasa di Medan, Selasa (16/8). Aksi tersebut merupakan bentuk solidaritas atas tindak kekerasan yang dilakukan prajurit TNI AU terhadap dua ‎wartawan Medan saat meliput demonstrasi warga Sari Rejo, Medan Polonia, Senin (15/8) kemarin.

Dalam aksinya, para awak media ini mengecam aksi kekerasan yang dilakukan terhadap jurnalis tersebut. Dengan membawa karangan bunga dan kertas berisi protes dan kecaman, mereka melakukan longmarch dari Jl Sudirman ke Jl Imam Bonjol.

Para jurnalis dari berbagai organisasi ini menuntut Danlanud Soewondo Medan dan KSAU segera dicopot. Ketua Forum Jurnalis Medan Jonris Purba mengatakan, kekerasan yang dialami dua jurnalis di Medan kemarin harus diusut tuntas karena kejadian serupa telah terjadi lebih dari sekali.

"Kami memprotes tindak kekerasan yang dialami kawan-kawan kami. Ini bentuk tindakan penindasan terhadap awak media yang dilindungi UU Pers," kata Jonris, Selasa (16/8). Jonris mengatakan, kebebasan pers harus menjadi perhatian khusus Presiden Jokowi. Tindak kekerasan terhadap jurnalis yang terjadi dua hari jelang kemerdekaan Indonesia, lanjutnya, menjadi gambaran bahwa media di Indonesia belum merdeka. Kebebasan pers belum tercipta.

"Kami meminta kepada pimpinan tertinggi TNI AU untuk bertanggungjawab. Kami meminta presiden untuk mencopot KSAU dan Danlanud," ujar Jonris.

Aksi ini diikuti oleh wartawan yang tergabung dalam berbagai organisasi. Di antaranya AJI (Aliansi Jurnalis Independen) Medan, PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Sumut, IJTI (Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia) Sumut, FJP (Forum Jurnalis Perempuan) Sumut, AMCI‎ (Aliansi Media Cyber Indonesia) Sumut.

Tindakan kekerasan terhadap dua jurnalis di Medan terjadi saat mereka meliput aksi sweeping yang dilakukan personel TNI AU terhadap warga Sari Rejo. Penyisiran dilakukan usai prajurit TNI AU membubarkan massa yang berunjuk rasa. 

Saat kericuhan, aksi saling dorong antara massa dan TNI AU tak terelakkan. Beberapa massa aksi terlibat adu jotos dengan aparat. Puluhan warga diseret dan ditendangi prajurit TNI AU. Mereka pun dipukuli dengan menggunakan balok kayu, bambu dan senjata laras panjang.

Puluhan warga dan sejumlah wartawan menjadi korban arogansi prajurit TNI AU. Dua wartawan, Array A Argus (Tribun Medan) dan Andri Safrin (MNC Tv) bahkan dilarikan ke rumah sakit umum Mitra Sejati karena luka yang mereka terima. Selain dipukul dan diinjak-injak, ponsel dan kamera Andri diambil dan dihancurkan. 

 Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Soewondo, Mayor Sus Jhoni Tarigan mengklaim, anggotanya juga menjadi korban dalam kericuhan tersebut.

"Masyarakat juga ada yang lempar batu, ada anggota kita yang kena. Anggota saya ada yang bocor. Saya lihat sendiri," kata Jhoni saat mengunjungi korban di RSU Mitra Sejati Medan, Senin (15/8) sore.

Jhoni menjelaskan, awalnya, pihaknya mengamankan warga yang termasuk massa aksi untuk dimintai keterangan. Usai proses tersebut selesai, mereka dipulangkan ke rumah mereka masing-masing lagi. Pihaknya pun telah merancang pertemuan untuk menuntaskan persoalan tersebut.

"Dari pihak pengunjuk rasa setelah dilepaskan kami minta mereka bubar tapi ternyata tidak. Justru mengganggu jalanan," ujar dia.

"Kami sampaikan untuk bubar tapi mereka bersikeras. Antara masyarakat dengan yang menghadang jalan hampir bentrok. Kita bubarkan massa supaya jalan bisa digunakan masyarakat umum kembali," kata Jhoni lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement