REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menyebut 54 titik panas di daratan Pulau Sumatra dengan tingkat kepercayaan kebakaran lahan dan hutan (karlahut) di atas 50 persen menjadi sangat berpotensi terbakar.
"Sore ini, satelit memantau 54 titik panas di Sumatra atau melonjak puluhan kali lipat dibanding pagi hari cuma empat titik," kata Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi di Pekanbaru, Rabu (10/8).
Hal tersebut dikatakan Slamet, setelah melihat data titik panas yang dirilis oleh LAPAN berdasarkan pantauan sensor modis terpasang baik di satelit Terra maupun Aqua dengan lokasi berada di angkasa.
Dia berujar, ke-54 titik panas tersebut tersebar pada enam dari total 10 provinsi di Sumatra dengan wilayah konsentrasi terpantau berada di Provinsi Riau dengan jumlah 29 titik.
Lalu disusul Provinsi Sumatra Selatan terdeteksi sembilan titik panas, diikuti Provinsi Sumatra Utara terpantau delapan titik, Provinsi Sumatra Barat berjumlah lima titik, Provinsi Jambi dua titik dan Provinsi Kepulauan Riau satu titik panas.
"Untuk 29 titik panas di Riau berada pada delapan kabupaten/kota seperti Pelalawan delapan titik, Bengkalis dan Dumai sama-sama menyumbang lima titik serta Kampar empat titik," katanya.
Kemudian, ucap Slamet, Kepulauan Meranti tercatat dua titik panas, sedangkan Rokan Hulu dan Indragiri Hilir masing-masing berbagi sumbangan satu titik panas.
Dari total 29 titik panas di provinsi tersebut, lanjutnya, dengan tingkat kepercayaan di atas 70 persen yang menandakan titik api kebakaran lahan dan hutan terjadi sebanyak 13 titik api tersebar di enam daerah.
"Seperti Dumai empat titik, Bengkalis dan Kampar terpantau masing-masing tiga titik, sedangkan Meranti, Pelalawan serta Rokan Hulu berbagi memberi sumbangan satu titik," katanya.