Rabu 10 Aug 2016 21:18 WIB

LP Ma'arif NU Tolak Wacana Full Day School

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Teguh Firmansyah
Anak membawa tas sekolah. (ilustrasi)
Foto: www.dengarlahnuranimu.blogspot.com
Anak membawa tas sekolah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU) menolak wacana yang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy terkait pemberlakuan full day school (sekolah sehari penuh).

Ketua LP Ma'arif NU Arifin Junaidi mengatakan gagasan Muhadjir dinilai terlalu tergesa-gesa dibuat tanpa pertimbangan yang matang dan kajian utuh.

"Ma'rif menaungi 12.780 sekolah dan madrasah di seluruh Indonesia dengan sembilan juta siswa, butuh persiapan matang untuk menerapkan ide tersebut," jelas dia kepada Republika.co.id, Rabu (10/8).

Penolakan Ma'arif terhadap gagasan ini berdasarkan masukan dari seluruh warga NU di tingkat wilayah, cabang dan majelis wakil cabang serta satuan pendidikan. Gagasan ini dinilai belum matang karena alasan Muhadjir yang selalu berubah-ubah.

Pertama, kebijakan bertujuan untuk pembentukan karakter untuk mewujdukan cita-cita nawacita. Tetapi kemudian alasannya untuk meningkatkan pengawasan anak-anak yang orang tuanya bekerja sampai malam.

Baca juga, Mendikbud Koreksi Pengertian Full Day School.

"Padahal di dalam kurikulum 2013 dalam Kompetensi inti satu dan kompetensi inti dua telah mencakup materi untuk pembentukan karakter, jika ini diterapkan dengan benar di masing-masing sekolah maka pembentukan karakter yang 80 persen di sekolah telah mencukupi tidak butuh memperbanyak waktu belajar," jelas dia.

Selain itu, kondisi sekolah di Indonesia itu berbeda-beda. Bagi sekolah yang berada di pedesaan, orang tua tidak bekerja hingga sore atau malam hari. Mereka sebagian besar bekerja sebagia petani atau berkebun, sehingga bekerja hanya setengah hari saja.

"Selain itu ternak di desa, akan banyak yang mati, karena biasanya anak-anak di desa selalu membantu orang tua mereka untuk mencari pakan ternak," ungkap dia.

Orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah Ma'arif Jakarta pun hanya ayah yang bekerja. Sedangkan ibu tidak bekerja sehingga bisa menjaga dan mengawasi anaknya di rumah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement