Senin 08 Aug 2016 12:38 WIB

Kerusakan Lingkungan Jabar Sudah Kritis

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar. (Republika/Edi Yusuf)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar. (Republika/Edi Yusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kerusakan lingkungan hidup di Jawa barat, saat ini sudah cukup kritis. Menurut Wakil Gubernur Jawa Barat, Deddy Mizwar, di berbagai tempat telah terjadi kerusakan. Seperti Garut, yang rusak karena galian pasir ilegal di kawasan gunung Guntur, tanah longsor yang kerap terjadi di Jawa Barat bagian selatan, dan pertambangan ilegal batu kapur di Kecamatan Pangkalan Karawang.

"Ini merupakan sejumlah contoh kerusakan alam akibat ulah manusia," ujar Deddy kepada wartawan, Senin (8/8).

Menurut Deddy, semua boleh membangun peradaban. Namun, membangun peradaban bukan berarti merusak alam. Selain itu, pembangunan infrastruktur dan pembangunan industri yang masif, juga mempengaruhi kerusakan lingkungan.

Salah satu indikator kerusakan alam, menurut Deddy, di antaranya, ketika musim kemarau, sejumlah daerah mengalami kekeringan. Sementara saat musim penghujan, sejumlah daerah menjadi daerah rawan banjir dan longsor.

Dari bidang perkebunan, kata dia, sejumlah wilayah hutan yang asalnya ditanam pohon tegakan, banyak yang beralih fungsi menjadi lahan sayur. Beberapa kawasan karst yang merupakan daerah resapan air juga, ikut dieksploitasi. Lingkungan hidup, kata dia, kini bisa menjadi sumber bencana. Namun, sekaligus bisa juga jadi sumber keberkahan. Berbagai kerusakan, atau pun gangguan ekosistem semakin sering dirasakan.

"Berbicara sungai misalnya, berarti berbicara juga mengenai wajah peradaban kita. Jadi kalau sungai kita hancur, itu lah wajah peradaban kita, itulah wajah kita," kata Deddy.

Untuk itu, kata dia, berjuang demi 'menyelamatkan wajah' generasi kedepan perlu terus diupayakan. Salah satunya, dengan membangun komunikasi yang baik antar stakeholder, dan mengupayakan penegakan hukum lingkungan yang seadil- adilnya. Walaupun, upaya ini tidak semudah membalikan telapak tangan. Namun, Kekecewaan kerap datang ditengah- tengah perjuangan tersebut.

"Banyak kekecewaan kita dalam proses penegakan hukum lingkungan, tapi kita tidak boleh berhenti, perjuangkan terus!" Katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement