REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Semalam (6/8), pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Bandung menggelar acara "Malam Langit Gelap" atau Dark Sky Night. Yakni, dengan mematikan lampu selama satu jam mulai pukul 20.00 - 21.00 di halaman depan Gedung Sate.
Selain sebagai bentuk pelestarian alam dan penghematan energi, acara ini juga untuk mengajak masyarakat menikmati keindahan salah satu galaksi terbesar, Galaksi Bimasakti atau Milky Way pada malam hari.
Menurut Salah satu peneliti matahari dan antariksa Lapan Bandung, Tiar Dani, tujuan digelarnya acara tersebut juga sebagai hari memperingati Antariksa Nasional yang bertepatan dengan disahkannya Undang-Undang Antariksa pada 6 Agustus 2013 lalu.
"Kita ingin mengajak masyarakat untuk menikmati keindahan langit malam," ujar Tiar kepada wartawan.
Tiar mengatakan, kalau Hari Bumi program Earth Hour, hanya mematikan lampu. Tapi kalau sekarang, mematikan lampu sambil melihat ke atas untuk menyaksikan keindahan alam. "Kita bisa menikmati bintang-bintang yang ada di langit," ungkap Tiar.
Galaksi Bimasakti, kata dia, terlihat bergerak dari utara ke selatan. Selain bisa melihat rasi Kalajengking (Scorpio), planet Mars dan Saturnus, akan terlihat juga rasi Angsa (Cygnus) di langit utara. Di langit selatan ada Rasi Layang-layang sebagai penunjuk arah selatan juga bisa terlihat bintang raksasa Antares dan Vega juga beberapa bintang lainnya.
Tiar mengatakan, cahaya lampu khususnya yang ada di daerah perkotaan bisa berdampak buruk untuk alam semesta. Termasuk, keindahan tata surya, galaksi-galaksinya yang ada di dalamnya, bahkan makhluk hidup.
"Polusi cahaya (yang ada di bumi) itu lebih terang dari pada bintang," kata Tiar.
Padahal, kata dia, bintang-bintang cahayanya redup. Misalnya, planet Mars tak sampai berapa watt lampu. "Jadi, kalau lampunya lebih terang Marsnya ga akan kelihatan," kata Tiar.
Untuk itu, kata dia, dampak yang timbul dari kondisi gelap atau matinya lampu akan berdampak signifikan terhadap penglihatan manusia kepada bintang-bintang dan planet yang ada di Tata Surya.
"Tadi saya sangsi lihat tiga (Mars, Saturnus, dan Scorpio), ternyata begitu dimatikan (lampu) untungnya kelihatan. Kalau lebih gelap lagi kita bisa melihat lengan galaksi tadi," kata Tiar.
Tiar pun mengatakan pihaknya tidak bisa menampik perkembangan daerah perkotaan membutuhkan kondisi terang dari cahaya lampu ketika malam hari. Namun, Ia berharap dengan acara yang digelar setiap 6 Agustus ini masyarakat bisa menikmati keindahan langit di malam hari secara maksimal.
"Mudah-mudahan dengan acara setiap 6 Agustus ini, mematikan lampu selama satu jam masyarakat bisa menikmati bintang dan planet," katanya.
Dikatakan Tiar, dari literatur yang dibacanya, cahaya lampu juga bisa berpengaruh juga secara biologis kepada manusia dan hewan. "Contohnya kita sekarang jarang mendengar jangkrik, karena raut cahaya itu dianggapnya siang terus," katanya.
Turut hadir dalam acara ini Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) dan Netty Heryawan, yang meneropong langsung dengan menggunakan teleskop keindahan planet Mars, Saturnus, dan bintang Scorpio yang merupakan bagian dari galaksi Milky Way (Bimasakti). Mereka pun sangat mengagumi keindahan warna dan cahaya yang dipancarkan bintang dan planet tersebut.