REPUBLIKA.CO.ID, BATAM – Energi nuklir menjadi kebutuhan penting di dunia maupun Indonesia saat ini. Sekretaris Jenderal Dewan Pertahanan Nasional (Sekjen Wantanas), Letjen Muhammad Munir mengatakan jika dilihat dari Sumber Daya Manusia (SDM) dan infrastrukturnya, potensi Indonesia dinilai cukup besar.
“Hanya saja potensi ini belum diberdayakan secara optimal,” ungkap dia, Kamis (5/8).
Untuk itu, dia menegaskan, pemberdayaan hal tersebut perlu terus digodok ke depannya. Berdasarkan situasi dan kondisi saat ini, Letjen Munir mengungkapkan, masyarakat di era kini tidak lepas dari kebutuhan energi. Kondisi dan situasi ini sudah dipahami benar oleh masyarakat.
Sampai saat ini, dia melanjutkan, masyarakat sangat bergantung dengan energi berbahan fosil. Padahal bahan-bahan ini akan habis pada masanya meski belum diketahui kapan tepatnya akan terjadi."Memang ada yang lain seperti energi matahari, angin dan sebagainya. Namun kita sebenarnya punya potensi Sumber Daya Alam (SDA) lebih baik seperti nuklir,” katanya.
Menurut Letjen Munir, pengembangan nuklir memang membutuhkan keahlian Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas. Dia mencontohkan, Jepang, Jerman dan Amerika tidak sembarangan merekrut tenaga nuklir. Mereka akan memilih SDM dari lulusan yang mumpuni dalam bidangnya.
“Dan saya rasa Indonesia sudah memiliki potensinya,” tambahnya.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Djarot Wisnubroto mengatakan, Indonesia sebenarnya sudah dinyatakan siap membangun PLTN jika dilihat dari infrastrukturnya. Hal ini berdasarkan peninjauan dari International Atomic Energy Agency (IAEA) pada 2009. Namun sayangnya, situasi ini masih terhambat dari komitmen nasional secara menyeluruh.
Dari segi Sumber Daya Manusia (SDM), Djarot mengatakan, Indonesia sudah memiliki lembaga pencetak berkualitas. Sejumlah Perguruan Tinggi (PT) seperti Universitas Gajah Mada (UGM) dan sebagainya telah memiliki potensi pasokan SDM berkualitas.
Direktur Politeknik Negeri Batam, Priyono Eko Sanyoto menyatakan kesiapannya untuk mencetak tenaga nuklir berkualitas dari lembaga pendidikannya. Lembaganya juga sudah memiliki SDM terampil yang siap kerja dalam dunia nuklir.