REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komite III DPD RI Fahira Idris mengatakan, warga Jakarta harus mengedepankan rasionalitas dalam memilih pemimpin pada Pilkada Jakarta 2017 mendatang. Meski Fahira meraih suara terbanyak yakni 511.323 suara dalam Pemilu 2014 namun ia menyatakan diri tidak berminat.
"Saya tak minat maju dalam Pilkada Jakarta," katanya dalam siaran persnya, Jumat (5/8).
Jakarta sendiri banyak permasalahan. Selain macet dan banjir yang memang jadi isu abadi, warga Jakarta harus mulai menggali apa komitmen dan solusi dari tokoh-tokoh ini untuk isu yang lebih spesifik misalnya soal reklamasi Teluk Jakarta, penanganan sampah, normalisasi sungai yang disertai penggusuran, penyerapan APBD yang rendah, kesenjangan yang semakin menganga dan angka kemiskinan yang terus naik.
Apalagi, ujar Fahira, data aset milik Pemprov DKI Jakarta masih amburadul. Perlindungan anak dan perempuan, ancaman bencana ekologis yang mengancam Jakarta harus dipikirkan oleh calon pemimpin Jakarta. Persoalan ini yang ada di depan mata dan sedang dihadapi warga Jakarta. Makanya pandangan dan solusi dari mereka ini yang menjadi dasar warga Jakarta memilih pemimpin yang benar-benar rasional.
Jakarta butuh pemimpin yang bukan hanya sekedar punya integritas, jiwa melayani, jujur, dan antikorupsi, tetapi pemimpin yang mampu membuka ruang dialog dan bisa menggerakkan warganya untuk membangun kotanya, bukan malah meminggirkan warganya dalam proses pembangunan.
"Antusias warga Jakarta dalam menyambut pilkada dengan memunculkan nama-nama calon pemimpinnya, mudah-mudahan berbuah manis di mana gubernur yang nanti terpilih benar-benar mengikutsertakan rakyat dalam proses pembangunan dan merasakan hasil dari pembangunan itu," kata Fahira.