Rabu 03 Aug 2016 09:09 WIB

Konsumsi Ikan Jawa Tengah Masih Rendah

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Angga Indrawan
Konsumsi makan ikan Indonesia rendah
Foto: Google
Konsumsi makan ikan Indonesia rendah

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Di tengah gencarnya  kampanye untuk menggalakkan konsumsi ikan, Provinsi Jawa Tengah rupanya masih punya banyak 'PR' untuk mencapai tingkat konsumsi ikan sesuai harapan Pemerintah. Data Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Jawa Tengah, tingkat konsumsi ikan warga daerah ini masih berada di bawah angka 10 kilogram per tahun per jiwa.

"Angka ini masih jauh di bawah target nasional, 27 kilogram per tahun per jiwa," ungkap Kepala Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Semarang, Woro Nur Endang Sariati, di Semarang, Rabu (3/8).

Ia mengatakan, kandungan protein dan gizi pada ikan menjadi alasan mengapa gerakan mengonsumsi ikan terus dilakukan. Karena produk perikanan menjadi salah satu sumber daya yang melimpah di negeri ini.

Guna mendorong konsumsi ikan di Jawa Tengah, peran Forum Peningkatan Sadar Mutu Karantina Ikan (Formikan)--yang baru saja terbentuk-- di Jawa Tengah cukup strategis.

Selain mengajak masyarakat untuk gemar mengonsumsi ikan, forum ini juga ini juga bertanggungjawab untuk mengkampanyekan kepada masyarakat agar mengonsumsi produk perikanan yang sehat dan  berkualitas. Ini menjadi penting mengingat masyarakat yang telah mengonsumsi ikan tak  banyak yang tahu apakah produk perikanan tersebut cukup sehat dan berkualitas dari hulu sampai hilir. "Baik dari pembibitan, pembudidayaan, penangkapan maupun prngolahannya," kata Woro.

Hal ini diamini oleh Aries Tri Wibowo, Ketua Formikan Jawa Tengah yang bakal dikukuhkan Gubernur pada 9 Agustus 2016 mendatang. Selama ini, masyarakat hanya tahu ikan yang dijual pasar secara kasat mata masih tampak segar walaupun sudah mati. Bahkan yang dijual di toko moderen masih hidup dalam akuarium. Namun belum tentu produk perikanan tersebut berkualitas dan berasal dari budidaya yang baik.

Ia mencontohkan, sekarang ini banyak budidaya ikan lele dalam kolam buatan tanpa pembaruan air, hingga memunculkan aroma kurang sedap. Atau ikan asin yang dalam pengawetannya dicampurkan formalin. "Protein yang dikandung ikan memang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Namun apa artinya jika budidaya dan pengolahannya tidak sehat," tegas Aries di dampingi Wakil Ketua II Formikan, Budi Wahyono.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement