REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pilot Lion Air Group ikut buka suara soal berbagai masalah yang kerap menimpa maskapai sehingga merugikan para penumpang. Terbaru adalah penundaan beberapa penerbangan pada Ahad (31/7) lalu.
Ketua Serikat Pekerja Asosiasi Pilot Lion Group (APLG) Capt. Eki Adriansjah menilai, berbagai kasus penundaan atau delay sesungguhnya menegaskan adanya persoalan serius dan kronis dalam manajemen Lion Air.
Ia meyakini bahwa insiden tersebut secara langsung maupun tidak langsung berkorelasi dengan permasalahan ketenagakerjaan yang sedang dihadapi para pilot SP-APLG saat ini.
Eki berpandangan bahwa Lion seharusnya mengikuti kaidah-kaidah tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) serta menaati seluruh regulasi dan perundangan yang berlaku, terlebih lagi karena industri ini sangat terkait dengan kepentingan dan keselamatan orang banyak.
"Namun pada kenyataannya kami merasakan hal tersebut tidak tercermin dalam praktik manajemen Lion Air selama ini, khususnya dalam aspek ketenagakerjaan," kata Eki dalam siaran persnya, Selasa (2/8).
Eki meminta masyarakat dan pemerintah bisa menyikapi persoalan ini secara serius. Ia mengaku siap memaparkan secara terbuka berbagai permasalahan di Lion Air yang ia nilai tidak hanya merugikan para pilot dan pekerja Lion Air tetapi juga merugikan publik sebagai pengguna jasa Lion Air.
Eki melanjutkan, terkait dengan adanya perselisihan hubungan industrial antara SP-APLG dan manajemen Lion Air, saat ini tengah ditempuh upaya penyelesaian melalui mekanisme tripartit yang dimediasi oleh Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta setelah upaya penyelesaian bipartit yang ditawarkan oleh SP-APLG tidak mendapat respon positif dari pihak manajemen Lion Air. Rabu (3/8) mendatang direncanakan akan diadakan kembali pertemuan tripartit keempat di kantor Suku Dinas Tenaga Kerja DKI Jakarta.
"Kami akan terus all out memperjuangkan hak-haknya yang dirugikan akibat sikap dan tindakan manajemen Lion Air yang tidak transparan, sewenang-wenang dan intimidatif. Beberapa diantaranya adalah indikasi manipulasi data penghasilan pilot yang dilaporkan pihak Lion Air kepada BPJS Ketenagakerjaan," katanya.
Selain itu, jelas Eki, 19 pilot juga tidak diberikan jadwal terbang tanpa alasan yang jelas sejak pertengahan Mei lalu hingga hari ini. Hal ini setelah tindakan sebagian pilot yang menunda terbang pada 10 Mei 2016 lalu, karena terganggunya kondisi emosi dan psikis pilot akibat tidak dipenuhinya komitmen pihak manajemen terkait pembayaran transportasi serta akumulasi berbagai persoalan lain yang telah berlangsung selama ini.
"Tidak cukup sampai di situ, pihak manajemen juga melakukan upaya kriminalisasi terhadap para pilot melalui pengaduan ke Bareskrim Polri dengan tuduhan yang mengada-ada," ujarnya.